Lihat ke Halaman Asli

Gusty Fahik

Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

Puisi | Selepas Subuh

Diperbarui: 27 Januari 2019   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: pixabay.com

Selepas subuh ia tinggalkan rumah
pada mata saudarinya semata wayang,
gadis kecil yang melepas perginya di beranda
ia titip ingatan-ingatan yang gagal dihalaunya semalam
tentang ladang  yang terbakar kemarau,
janji ayah yang tak pernah sampai dari rantau,
dan mimpi yang kandas di bangku sekolah menengah

Di halaman, bunga-bunga gugur.
sayup ia dengar tangis ibunya pecah di hening dapur
air mata yang membasuh segala sesal,
doa yang membalut segala harap,
cinta yang mengampuni segala lampau

Tenanglah ibu, hapuslah air mata itu
Simpan saja untuk kesedihan yang lain
Aku tetap anak lelakimu
Yang kini menantang dunia

Kupang, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline