Bila bicara gaya hidup, layar ini udah menjadi kebutuhan pokok dalam lingkup tekno hampir semua ada layarnya, dari yang sederhana hingga yang memuat jutaan warna. Penggunaannya juga komplek, dari sekedar ngetik, menghasilkan karya dalam multimedia sampai menikmati hiburan. Saya sendiri bisa bekerja di depan layar hingga 10 jam lebih bila mendekati tenggang waktu janjian dengan orang memberikan haknya, sistem kebut semalam. Suka aja lebih memacu adrenalin.
Karena durasi yang lama di depan monitor ini, tentunya saya membutuhkan monitor yang bukan saja siap diajak 'perang' karena jam terbangnya, namun juga nyaman untuk mata, salah memilihnya bisa membuat bencana. Mulai dari sakit mata hingga warna yang salah.
Ini monitor saya, tentu bukan monitor yang wah, seperti jajaran seri Dell, Eizo, ataupun 5K retina display-nya Mac, teknologi layarnya pun udah termasuk tua, dengan masih menggunakan jenis twisted nematic (TN). Namun bagi saya cukup buat diajak 'perang', berikut spesifikasinya;
- Display size; 50.8 cm (20 inch) diagonal, Panel active area (width x height): 44.3 cm x 24.9 cm (17.4 inches x 9.8 inches)
- Display type; TN (LCD) with LED backlighting
- Aspect ratio; 16:9
- Brightness; 200 nits
- Input terminal; 1 DVI-D connector, 1 VGA connector
- Speakers output power; 1 Watt per channel
- Recommended resolution (H x V); 1600 x 900 @ 60 Hz
- Static contrast ratio; 600:1
- Dynamic contrast ratio; up to 5.000.000:1
- Pixel pitch; 0.276 mm
- Pixels per inch; 130
- Response time: 5 ms
- Color gamut; 72%
- HDCP (High-bandwidth Digital Content Protection); yes
- DDC/CI Support; yes
Saya memilih berdasarkan, yang pertama tentu saja dana hehehe. Kemudian empat hal ini dahulu, nanti tambahan lainnya.
Setelah dana, kemudian ada respone time, dalam teknologi, RS adalah total jumlah waktu dari sebuah interface unit I/O menerima respon atas suatu perintah. Namun dalam terminologi display, RS adalah total jumlah waktu yang dibutuhkan oleh picture elements, (pixel) dan juga lapisan dalam LCD yaitu liquid crystal untuk bereaksi, berubah dari frame ke frame yang lain. Waktu tempuh yang terbilang lama akan mengakibatkan munculnya transisi yang tidak halus pada frame to frame. Pada monitor saya tertera 5 ms, menurut perasaan buat maen game yang obyeknya bergerak cepat kayak Dynasty Warriors 8 sama Toukiden Kiwami dan nonton film-film dengan gerakan yang super cepat tidak begitu keliatan ghosting/moving artefacts-nya. Namun pernah suatu ketika memakai monitor temen yang RS-nya 4 ms malah agak berbayang, saya tidak yakin apa itu hanya RS-nya gimmick apa ada faktor x, seperti kabel yang jelek kualitasnya, masih menggunakan analog (kabel vga) sehingga terjadi input lag.
Kemudian ada Contrast Ratio, rasio antara warna terterang/putih dan warna tergelap/hitam, ada juga yang menilai CR ini adalah kemampuan monitor untuk menghadirkan hitam yang sesungguhnya. Jadi ketika kita mengedit foto, atau bahkan melihat film, hitam ini akan tertampil sebagai hitam, bukan abu-abu tua atau bahkan abu-abu yang muda. Ahli monitor bilang 2000:1 adalah jempol, dibawahnya ada 1000:1, monitor saya hanya bisa menampilkan dikisaran 600:1, jadi ketika hitam masih harus dibantu dengan setingan pada kartu display(GPU card).
Jadi ketika monitor kita ok, gambar dibawah ini pada BG dapat terlihat hitam pekat, atau pada gambar di atas bagian hitam atas, kita dapat melihat sempurna kotak-kotak gradasi dari kiri ke kanan.
Yang bisanya menjadi gimmick pada bagian penjualan adalah kemudian menggunakan dynamic contrast ratio, sebagai native/static contrast ratio, jadi pada flyer/laman situs tertera angka yang menakjubkan seperti contrast ratio; 50.000.000:1, woow.
Lanjut, ada PPI atau pixels per inch, banyaknya pixel dalam satu inchi, semakin rapat atau semakin padat seharusnya bagus, karena kerapatan pixel (pixels density) tadi akan membuat gambar yang dihasilkan akan semakin tajam. Jika tidak ada dalam spesifikasi keterangan, kita bisa melihat berapa PPI layar kita dengan mengakses, http://dpi.lv/. Pada monitor saya, hanya 130 PPI-nya. Sudah cukup tajam dirasa.
Terakhir ada Color Gamut, seperti yang kita ketahui bersama, warna adalah 'sensasi' yang kita lihat ketika cahaya terpantulkan pada obyek, dan itu sangat luas jangkauannya dari yang tidak terlihat sampai yang bisa kita lihat. Ketika warna ini yang sangat banyak ini kemudian dihasilkan oleh seperangkat elektronik, alat-alat ini mempunyai limitasi/keterbatasan unutk menghasilkan warna tertentu. Color Gamut adalah rentang warna yang bisa dihasilkan oleh monitor kita (dalam bahasan ini) biasanya sistem warna pada monitor adalah menggunakan sistem sRGB.
Pada spesifikasi saya tertera color gamut: 72%, sangat minim bila dibanding dengan monitor-monitor berteknologi yang lebih baru seperti VA, IPS panel/super IPS panel dan bahkan Amoled. Maka dari ini unutk menyiasati ini yang wajib saya lakukan adalah mengkalibrasi monitor, dan akrab dengan operator cetak langganan, bisa salah warna bisa diminimalisir. Ada hal kecil yang bisa kita lakukan bisa menggunakan software manipulasi gambar besutan Adobe Photoshop, selalu mengecek out of gamut setiap kali selesai mengedit foto, dengan menekan shortcut Shift + CTRL + Y, atau tab view-->(Gamut Warning).