Jika kita sudah punya bahan-bahan yang terdiri dari berbagai elemen, yang kita lakukan kemudian adalah seperti kegiatan memasak, mencampurkan bahan-bahan tadi ke dalam satu wadah, dimasak, dan kemudian setelah matang akan kita sajikan. Plating kata orang di luar sana, semua elemen pembentuk gambar kita susun sedemikian rupa hingga apa yang tersaji nanti akan menimbulkan rasa 'yang menyenangkan', visual impact, sebaris pesan yang tersirat lewat foto itu akan sampai dengan sendirinya, tanpa perlu keterangan yang panjang lebar dari si pemilik foto.
Jika kita sering beredar pada grup-grup foto, sering kali kita membaca, ada komen atau posting-an yang disertai kalimat, jangan takut 'break the rules'. Fotografi sebagai seni, tentu tidak ada istilah benar-salah yang ada hanya 'rasa pangrasa', namun untuk bisa mencapai visual impact tentunya ada kaidah-kaidah yang perlu digarisbawahi, diperhatikan, dan dipahami dengan saksama. Saya hanya membayangkan, bagaimana saya bisa melanggar aturan jika tidak tahu bagaimananya, analoginya seperti tidak mau nggak pake helm, karena ingin terlihat rebel, gagah, mendobrak sekat-sekat kuno yang udah tidak relevan menurut pikiran sendiri, namun sementara itu untuk mengendarai motor aja saya belum bisa. Jadi agak gimana gitu mikirinnya.
Komposisi
Dari beberapa cara menyusun elemen gambar, ROT (Rules of Third) adalah yang paling terkenal, bidang foto/frame dibagi menjadi tiga bagian sama besar, baik secara vertikal maupun horisontal sehingga memiliki 9 area yang sama besar. Peletakan pada garis ataupun persinggungan antara garis-garis tersebutlah (pada lingkaran) yang dipercaya mempunyai pengaruh yang besar untuk membuat sebuah foto mempunyai visual impact.
Pada teori visual ada pernyataan bahwa mata manusia akan cenderung mulai melihat sesuatu dari kiri atas kemudian turun ke bawah, lalu kembali ke atas sebelah kanan dan turun ke bawah bagian kanan.
Terus gimana caranya nerapin ROT ini? Ini cara saya dulu belajar. Lambat banget karena tidak ada panduan pada viewfinder SLR. Hari ini semua tampilan LCD camera digital atau aplikasi kamera pada smartphone sudah ada ROT-nya, tinggal kita mengaktifkannya pada menu.
Beberapa kali saya coba menerapkan ROT ini, walaupun kadang juga tidak selalu pas sekali, butuh sedikit croping dan meluruskan garis kaki langit.
Karena membuat mood yang lebih bagus daripada meletakkan subjek foto di tengah-tengah frame, rasa penasaran ini muncul tentang siapa penemu atau pencetus komposisi ini. Ada sebuah laman yang menerangkan bahwa John Thomas Smith yang dipercaya mencetuskan ROT ini dalam bukunya yang diberi judul Remarks on Rural Scenery. (bisa diunduh di sini e-booknya)
Saat mulai belajar semuanya berpatokan pada ROT, tiba-tiba baca tentang komposisi yang lainnya, komposisi yang sudah digunakan berabad-abad lamanya oleh para pelukis ternama yang pernah dikenal dunia, ada Rembrandt, Sir Joshua Reynolds, Leonardo Da Vinci, Degans, Rubens dan lain-lainnya, para pelukis itu menggunakan dynamic symmetry, komposisi yang kemudian dikenal dengan istilah golden ratio, ini adalah basis dari semua desain, semua karya visual, bahkan bangunan/gedung menggunakannya, Leonardo Fibonicci pada abad ke 12 yang mencetuskannya. Bahkan fotografer wanita idola saya, Annie Leibovitz juga memakai dynamic symmetry ini.
Kayaknya saya cocok menggunakan komposisi dengan golden ratio/golden mean ini, terbukti banyak dari foto-foto saya yang langsung pas dengan komposisi ini.
Entah kebetulan atau tidak, saya mulai nyaman menggunakan golden ratio/mean ini. Jika menyusun elemen-elemen pada bidang pembentuk gambar telah selesai, masih ada PR kita yang lain, agar foto dapat 'bercerita'.