Bangun tidur, terus duduk di depan PC sambil ngopi iseng buka FB siapa tahu ada inbox nyasar, sekilas terlihat di bawah foto diri yang diunggah teman ada komentar, 'dibewein' keren tuh.
'DiBewein' adalah sebuah kegiatan mengubah kondisi sebuah foto yang tadinya berwarna menjadi hitam dan putih, sebenarnya agak rancu bila kita menyebut hitam dan putih karena disana ada warna ketiga yaitu abu-abu dalam berbagai macam tingkatan.
Seperti dua gambar berikut ini, yg pertama adalah murni BW (mungkin tidak akan terlihat foto apa itu) dan bawahnya yang bisa dilihat gambar apa itu, adalah grayscale.
Kembali ke masalah 'dibewein', apakah iya semua foto akan tampak keren bila dalam format BW? Kebetulan juga dulu seorang Ted Grant pernah berkata "When you photograph people in color, you photograph their clothes. But when you photograph people in Black and white, you photograph their souls."
Pertanyaan ini tidak pernah bisa terjawab sampai saat ini bagi saya, mungkin dulu ketika kenal SLR film BW ini termasuk barang yang gak ramah bagi kantong. Kecuali ada tugas yang wajib menggunakan film BW, itupun saya dan teman-teman patungan beli rolnya, jadi satu rol bisa buat mengerjakan tugas, untuk 5-6 kawan termasuk saya.
Kemungkinan kedua dimana BW tidak begitu terlihat keren di otak ini, karena saya mulai mengenal color correction (bagaimana memperbaiki warna, caranya ada posting sebelumnya) dan color grading. Proses unik dalam editing biasanya dalam footage untuk menyelaraskan warna, mengubah ataupun menambah.
Bagi saya pribadi inilah nyawa atau 'soul' sebuah image itu tercipta, karena dengannya kita bisa menggambarkan objek, mengekspresikan emosi, dan membangkitkan tanggapan bagi siapa saja yang melihat foto tersebut. Sebagai pendapat bisa saja saya salah, tapi ketika itu mengandung unsur seni akan tergantung pada pribadi masing masing bukan.
Foto aslinya.
Kemudian saya ubah menjadi Grayscale
Di sini saya tambahkan unsur warna hijau, yang dalam color wheel, menyatakan apprehension.
Lanjut untuk konsep yang kemaren sempat merebak, LGBT