[caption caption="Pro atau Amatir"][/caption]
[caption caption="Hasil Jelek"]
[/caption]
Berita ini lagi bolak-balik muncul di lini masa facebook saya, setelah melihat berita itu memang saya rasa kebangetan bila hasilnya seperti itu. Ada komentar seorang kawan yang menarik hati saya, seperti screen shot saya diatas ini.
"nah lho tuh.... yg ngaku2 fotografer dan dah brani terima job. mbok ya jgn ambil duitnya aja. klo merasa blm mampu. drp semua kena imbas nya lama2. ."
Ternyata kisah ini membuat jadi khawatir, khawatir jika hal ini menjadi bola salju. Satu hasil akhir yang mengecewakan akan berimbas kepada orang lain yang konsen dibidang yang sama.
Kembali ke masalah diatas, hasil yang seperti dalam artikel tersebut bisa terjadi karena banyak hal, namun tidak dijelaskan secara rinci. Bagi saya pribadi yang tidak ingin berburuk sangka, sepertinya foto-foto yang ada dalam artikel tersebut seperti test shot, atau pre shot, bidikan yang ditujukan hanya untuk mengecek kesiapan camera, lensa, kemudian cahaya, dan yang lainnya, terlihat dari pose-pose yang aneh, seperti tidak siap dan tanpa arahan.
***
Hari ini, sebuah karya foto tercipta melalui alat bernama kamera, dikenal dengan seni melukis dengan cahaya. Ada upaya dan usaha melalui cahaya yang masuk melalui lensa dan tertangkap oleh sensor untuk menciptakan sesuatu. Upaya-upaya itu adalah untuk merekam dan membekukan sehingga dapat dihadirkan kembali keadaan/kondisi yang ada secara utuh ataupun bagian demi bagian.
Masing masing seniman yang berkarya didalamnya mempunyai cara pandang yang berbeda tentang kondisi sekitar, alam, serta aktivitas manusia ketika melihatnya di balik jendela bidik. Maka dari itu sebuah karya fotografi lebih bersifat menyimbolkan apa yang diekspresikan oleh sang seniman melalui objek yang diabadikannya.
Sang seniman itu bernama apa? Juru foto? fotografer? Mungkin fotografer menurut saya, juru foto kok agak-agak jadul yah. Saya pernah bertanya dalam grup-grup fotografi yang saya ikuti di media sosial, rata-rata akan menjawab, seseorang yang menjadikan fotografi itu sebagai mata pencahariannya. Dengan kata lain siapapun yang punya/bisa mengoperasikan kamera dan melakukan kegiatan menciptakan karya kemudian memperoleh intensif, itulah fotografer.
Karena itulah sampai saat ini saya belum berani memberikan tagline diri saya sebagai fotografer, baru berani sampai kepada hobbies, orang yang jatuh cinta kepada dunia fotografi. karena bagi saya, mereka yang berkecimpung didalamnya selain harus mengerti benar-benar akan teknis fotografi, menguasai kamera dan perlengkapannya, akan punya segunung tanggung jawab besar dengan karya yang mereka hasilkan.