Di Indonesia, pemanfaatan biogas masih sangat terbatas. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan dan cocok diimplementasikan di wilayah pedesaan, contohnya pada bahan bakar kompor untuk memasak. Beberapa masyarakat memang sudah dapat membuat reaktor biogas sendiri dalam skala kecil. Reaktor biogas (biodigester) untuk skala kecil umumnya dibuat menggunakan plastik maupun dari drum. Bahan bakunya diperoleh dari limbah kotoran ternak atau bisa juga dari limbah kotoran manusia. Salah satu tempat yang memanfaatkan biogas dari kotoran manusia adalah Pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta. Pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta memiliki 780 jiwa, sehingga dengan banyaknya penduduk di Pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta dapat dilihat sebagai peluang besar produksi biogas berbahan dasar limbah kotoran manusia yang sampai saat ini masih menumpuk di septic tank pondok dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal biogas dari kotoran tersebut dapat digunakan atau dikonversi sebagai energi lain sebagai pengganti bahan bakar seperti LPG.
Pengelola Pondok Pesantren Bina Umat beserta jajarannya menginginkan adanya pemanfaatan limbah kotoran manusia di pondok tersebut. Menurut H. Mustafa selaku directur pondok pesantren Bina Umat Yogyakarta mengatakan bahwa "dengan adanya program pengabdian berbasis teknologi biogas ini dapat membantu dalam mengatasi limbah kotoran manusia yang hanya tertumpuk di septic tank dimana bisa saja akan menimbulkan bau yang tidak enak dan tentunya akan menganggu santri. Penggunaan biogas ini nantinya akan kami gunakan sebagai bahan bakar pengganti LPG di pondok terutama di dapur umum serta akan digunakan sebagai pemanas air di podok." Ujar H. Mustafa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh telah diimplementasikan alat biogas dengan kapasitas 15-20 kg. Dimensi biogas yang diterapkan di Pondok Pesantren yakni dengan luas 2.8 m dan tinggi 2.4 m. Skema rangkaian alat biogas telah ditunjukkan oleh gambar 1. Dari rangkaian tersebut, tahapan selanjutnya yakni dilakukan uji kebocoran untuk memastikan bahwa tidak ada bagian yang bocor, sebab akan berdampak buruk bagi lingkungan jika ada gas yang bocor. Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi adanya kebocoran pada reaktor biogas, yaitu dengan melakukan pengecekan tekanan, leakage spray, laser gas, dan kamera inframerah. Pendeteksi adanya kebocoran biogas dengan cara pengecekan tekanan diidentifikasikan dengan adanya penurunan tekanan gas secara signifikan. Cara kedua yaitu dengan leakage spray, semprotan ini berbentuk busa, ketika telah teridentifikasi adanya kebocoran biogas, maka busa tersebut akan berubah warna.
"Program ini merupakan program pengabdian masyarakat yang langsung berada di bawah LPPM UPN Veteran Yogyakarta dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Tujuannya yakni membantu masyarakat dalam mengatasi problem atau masalah yang dihadapi di lingkungannya. Program ini bukan hanya kolaborasi antara pihak perguruan tinggi dengan pemerintah, namun juga melibatkan tenaga ahli, mahasiswa, dan penduduk yang bersangkutan" ujar Nur Suhascaryo selaku Ketua Peneliti Pengabdian Masyakarat 2024.
Proses pengerjaan biogas dilaksanakan selama 1 bulan dengan rincian 3 hari proses penggalian dan sisanya yakni proses rangkaian dan fermentasi dari kotoran manusia serta pemasangan alat.
Pada saat pengujian dengan manometer penunjuk ukuran tekanan gas sudah mulai menunjukkan kenaikan pada jarum penunjuk, hal ini dapat dikataan bahwa adanya gas yang terbentuk seabgai awal dari proses pembentukan biogas dari limbah kotoran manusia. Temperatur yang tinggi umumnya akan memberikan produksi biogas yang baik. Saat ini, rangkaian alat telah terpasang dan selanjutnya adalah proses uji coba untuk dimanfaatkan memasak pada Pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H