Lihat ke Halaman Asli

Mengejar Jambret!

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadiannya begini, malam itu, saya sedang berkendara sendirian di atas motor. Jam sudah menunjukkan pukul 13.40 malam. Posisi saya sedang berada di dekat Monas dan hendak pulang menuju ke Lebak bulus. Selintas, saya berpikir untuk mengambil jalan tercepat menuju daerah Lebak Bulus dengan melewati Bundaran HI lalu ke arah Senayan, kemudian memotong ke arah Jalan Panjang, barulah ke arah sana.

Dari patung kuda yang ada di Monas, saya-pun mengambil jalan lurus hendak melewati Sarinah. Mendekati Sarinah, lampu merah menyala, sayapun berhenti disana sambil menunggu. Malam itu lumayan sepi, di seberang jalan, nampak beberapa orang sedang menantikan kendaraan taksi dan berbincang-bincang di sebuah bangku taman. Kebetulan Pemda DKI dalam rangka mempermanis kota Jakarta, telah menyediakan bangku taman di setiap trotoar jalan-jalan besar.

Nampak di depan saya seorang ibu sedang berjalan sendirian, tiba-tiba dari belakangnya, sebuah sepeda motor yang dinaiki dua orang pemuda, melintas dan pemuda yang berada di bagian belakang, segera menarik tas Ibu tersebut. Ibu tersebut panik dan shock saat melihat dirinya dijambret, ia-pun berteriak minta tolong namun jambret tersebut telah melaju jauh. Di saat yang hampir bersamaan, lampu merah saya telah berganti dengan lampu hijau. Secara reflek, saya segera mengejar motor tersebut, namun ada beberapa pertimbangan, antara lain, bagaimana saya bisa menghadapi kedua penjambret tersebut apalagi kalau mereka membawa senjata tajam.

Saya-pun meminta bantuan pada pengendara motor di sebelah saya untuk membantu saya, tapi dia nampak bingung. Ditambah lagi, botol minum yang saya gantungkan dengan plastik, terjatuh di jalanan saat motor saya melaju kencang. Saya sempat berpikir untuk membatalkan niat mengejar pelaku penjambretan tersebut dan berbalik mengambil botol minuman saya. Tapi akhirnya, saya memutar otak sejenak dan munculah ide. Biasanya di sekitar bundaran HI, ramai orang-orang dan ada pos polisi. Nah, tempat tersebut saya rasa cocok untuk menjalankan aksi pencegatan terhadap kedua jambret tersebut. Ide ini memberikan keberanian bagi saya.

Sayapun terus memacu kendaraan saya dan syukurlah, ternyata sedang lampu merah. Kedua jambret juga tampaknya sedang lengah, mereka mengira tak ada yang mengejar, jadi mereka berhenti di lampu merah bersama kendaraan lain. Ada sekitar 5 motor dan 1 mobil yang sedang berhenti disana. Penjambret yang duduk di bagian belakang motor, tampak hendak membuka isi tas. Segera saja saya memarkirkan motor dan berjalan cepat namun dengan suara seminim mungkin. Setelah dekat, segera saya tarik tas tersebut sambil saya teriakkan, "Jambreeettt !!!". Kedua penjambret kontan tersentak kaget dan mereka melaju kencang meninggalkan tas tersebut. Tadinya saya terpikir untuk menjatuhkan mereka, tapi karena tas tersebut cukup berat, sayapun batal mengejar mereka.

Beberapa orang disana, kaget dan menyangka saya adalah korban penjambretannya. Setelah saya jelaskan sebentar, saya-pun segera mengendarai motor saya dengan berbalik melawan arah. Sambil menyusuri jalan dan membawa tas ibu tersebut yang cukup berat, saya mengambil kembali botol minuman saya.

Ternyata menolong orang lain memberikan banyak ujian. Karena sesampainya disana, bagian tersulit bukanlah mengambil kembali tas tersebut dari tangan si pejambret, tapi justru  mengembalikan tas tersebut. Karena setibanya di lokasi, orang-orang yang melihat kejadian penjambretan tadi, mengatakan bahwa ibu tersebut baru saja pergi menaiki sebuah taksi. Sayapun membongkar-bongkar tas ibu tersebut yang isinya cukup beragam, dari botol minum, dompet, tas kecil, kertas-kertas dan lain-lainnya, hanya untuk mencari sebuah informasi (nama dan no telepon). Tidak banyak informasi yang didapatkan, apalagi tidak ada KTP di dalam dompet tersebut.

Saya mencoba meminta tolong pada seorang pengemudi taksi yang kebetulan bermerk sama dengan taksi yang dipakai ibu tersebut untuk mengejar pelaku penjambretan. Saya menelepon operator taksi tersebut dan meninggalkan no telepon saya, syukur-syukur pengemudi yang membawa ibu korban penjambretan tersebut, mendengar info dari saya dan memberikan nomer saya kepada ibu tersebut. Perusahaan taksi tersebut juga berjanji akan menghubungi saya bila ibu tersebut sudah bisa dikonfirmasi keberadaannya.

Namun seminggu saya tunggu, tak ada hasil, sementara itu saya sedang mengambil libur lebaran dengan berpergian keluar kota. Alhasil sepulang liburan, saya mencoba mengirim sms kepada beberapa nomer yang ada di notes milik ibu tersebut. Setelah 5 hari kemudian, barulah ada balasan dari salah satu teman ibu tersebut. Akhirnya setelah beberapa kali mengatur jadwal untuk bertemu, sayapun mengantarkan tas tersebut pada pemiliknya. Ibu tersebut berencana memberikan imbalan, namun saya menolaknya secara halus karena memang berniat menolong.

Dari kejadian ini, saya mendapatkan pelajaran dimana biasanya saya pasrah bila ada kejadian penjambretan atau apapun, karena banyak berita mengabarkan bahwa mereka-mereka yang mencoba menolong korban kejahatan, malah terimbas musibah dengan menjadi korban juga. Hal ini cukup menakutkan juga. Tapi syukurlah, dengan pertimbangan matang untuk memilih lokasi dan waktu yang tepat, semuanya dapat berakhir dengan baik. Dan semoga di setiap kita, masyarakat perkotaan, masih ada jiwa dan keinginan membantu sesama. Untuk para wanita, khususnya ibu-ibu, berjaga-jaga dan berhati-hatilah bila pulang sendirian membawa tas di malam hari.GBU

--------- 21 Agustus 2013, Jakarta --------------

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline