Lihat ke Halaman Asli

Empat Mata Bunga

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bunga itu kau selipkan di lingkar telinga kirimu
Empat kelopaknya kau sebut empat arah mata angin
Sehari-hari menemanimu duduk di bawah pohon ceri
Menantiku kembali dari medan perang katamu..

Mari duduk bertanya antara hati
Sudah kupinjam payung tuk menantang mentari di atas
Mengapa menantiku bila hari itu..
Hujan bukan air melainkan ledakan memenuhi desa..

Kau tak berlari pun menghilang..
Memilih menyelamatkan seorang gadis kecil..
Yang telinga kirinya tersemat bunga sepertimu..
Selanjutnya gelap menguasai empat arah mata angin..

(Hening)

Bunga itu masih terselip di lingkar telinga kirimu..
Kuambil sesaat sebelum mengantarmu ke ibu pertiwi..
Kutaburkan ia bersama puluhan keluarganya..

Dan di atas makammu..
Kusiram mereka dengan air mataku..
Bersama gadis kecil itu..
Yang kehilangan dua bola matanya..

Sstt.. kau tau ?
Di telinga kirinya, masih tersemat bunga itu..

(Y.G.S 18 Jan 2015)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline