Lihat ke Halaman Asli

AKU TIDAK BEGITU

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa "harga" kita di mata Tuhan..

Setiap kali kita memandang kegagalan, kita acapkali menilai "harga" kita seharga kegagalan itu bahkan lebih rendah. Terlebih parah, kita membiarkan orang lain membuat "nilai" terhadap kegagalan kita, kita meng"amini" nilai-nilai tersebut.

Dalam keadaan demikian, kita cenderung destruktif, berusaha lari dr kenyataan (denial), bahkan tertekan berlebihan. Bila hidup masih ditentukan oleh keadaaan sekitar kita, pandangan manusia di sekitar kita bahkan kekecewaan terhadap orang yang kita kasihi, maka kita akan mengurung diri dan bernyaman ria dalam zona keterpurukan. Kita telah menjadi pasukan tanpa baju zirah, membiarkan pedang musuh yaitu "kalimat-kalimat buruk", merusak kita. Dan kita terus menerima dan menerima bahkan melahapnya tanpa perlawanan. Seolah segala yang dihidangkan oleh kegagalan adalah santapan lezat bagi jiwa kita.

Pada akhirnya, kita menyalahkan Dia sebagai pencipta kita..

Hingga kita masuk dalam masa perhentian, kita tak dapat lagi melakukan apapun.. kita hanya bisa berdiam meski beribu pertanyaan berseliweran. Bersimpuh dan berlutut. Air mata mengering, kita seperti hewan dungu, diam tak memahami, tapi tetap berusaha mendekat padaNya.

Dalam masa-masa doa yang "jujur" itulah, kita mendapati jawabanNya, lembut dan tenang, tidak meledak-ledak, tidak berupa mujizat luar biasa yang langsung menjawab semua masalah kita, tidak berupa materi berlimpah.. tapi seringkali, ia hanya menaruh kesadaran lembut di hati kita, bahwa..

"Aku tidak begitu..".

3 kata ini, terus berseru menghapus semua pernyataan buruk dalam hidup kita. Dan saat kita memandang hidup kita tak berarti, tidak ada yang mengasihi, bahkan orang yg kita cintai menolak kita.. Ia tetap berkata,

"Aku tidak begitu..".

Perlahan, sebulir air mata mulai menetes.. hati yang keras dan hitam, perlahan mulai memerah hangat kembali.. Ada pelukan hangat dari Sepasang Tangan IlahiNya. Akhirnya kita menjadi lupa terhadap segala pertanyaan-pertanyaan kita sebelumnya, kasihNya menjadi jawaban nyata saat ia melanjutkan kalimatNya..

"Aku tidak begitu.. Aku tetap mencintaiMu.."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline