Lihat ke Halaman Asli

Raden Muhammad Hidayatullah

seorang wiraswasta, engineer, comic maker, custom gunpla kitbash and diecaster

Adikku Terlahir Membawa Keberuntungan, Diriku Beruntung Telah Dilahirkan

Diperbarui: 8 April 2021   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Dari kecil aku hanyalah anak biasa-biasa saja, tidak terlalu banyak keinginan. Hanya suka bermain mainan kesayangan yang dihadiahkan ayah dan ibuku saat ultah di umur lima tahun. 

Sejak di umur lima tahun tersebut aku diajarkan untuk selalu ikut dengan ibu bekerja di rumah, dari merapikan kamar, mencuci, dan menyapu halaman rumah. Walau aku tidak banyak membantu, ibuku merasa sangat senang. Mungkin karena terbiasa membantu ibu di kesehariannya, ibu selalu memaksaku membantunya walau aku menolak karena ingin bermain dengan mainan-mainanku.

Setahun kemudian aku memiliki adik, dimana aku merasa senang karena merasa nanti memiliki teman bermain di rumah. Tetapi perasaan itu luntur dengan berjalannya waktu. 

Berbeda dengan aku yang sedari kecil diajarkan untuk membantu ibu beres-beres rumah, adikku malah bebas bermain sesukanya tanpa dipaksa ibu untuk membantu diriku. Itulah yang awal membuat aku merasa kesal dengan adikku. Kekesalanku makin memuncak saat tiap kali mendapatkan hadiah, ngelakuain sesuatu yang aku pengen pun yang diprioritaskan selalu adikku.

Pernah dulu saat ibu memiliki kue kesukaanku, ibu memberi itu hanya untuk adikku dengan alasan aku lebih dewasa harus mengalah. Dengan rasa kesal aku menghampiri adikku dan mengambil kue yang dia pegang, tetapi adikku justru mengadu ke ibu sambil menangis. 

Alhasil diriku diomelin, dicubit dan bahkan kue tersebut ibu berikan kepada adikku dengan tambahan kue baru yang aku tidak mendapatkannya secuil pun. 

Dengan kesal yang menumpuk aku menggigit telinga adikku hingga dia menangis, yang alhasil aku diomelin dan di cubit habis -habisan oleh ibu dan ayah. Sejak saat itu aku bertekad untuk mencuri perhatian ayah dan ibuku kembali padaku bukan kepada adikku saja.

Entah kenapa semua hal yang aku lakukan itu tidak membuahkan hasil hingga kini. Dari perihal menjadi juara kelas yang mana adikku selalu mendapat peringkat lebih bagus dari diriku. 

Adikku lulus dengan nilai tertinggi, masuk ke sekolah favorit, lulus kuliah dengan IPK  yang lebih tinggi dariku. Bahkan saat di saat lulus kuliah aku lebih banyak menganggur, sedangkan adikku lulus kuliah langsung mendapat pekerjaan di perusahaan ternama. Di dalam hati aku merasa bawah adikku itu terlahir dengan membawa keberuntungan sedangkan aku beruntung telah dilahirkan.

Walaupun begitu aku tidak kecewa, justru aku makin semangat karena semua hal yang aku lakukan merupakan hasil dari jerih payahku sendiri. Dan juga aku lambat laun berjalannya waktu merasa bangga memiliki adik yang berbakat dalam segala hal tanpa bersusah payah, sedangkan aku harus berusaha mati-matian untuk mewujudkannya. 

Mungkin tanpa kusadari itu didikan ayah dan ibuku yang mengetahui kalau egoku tinggi dengan cara bila menginginkan sesuatu yang aku inginkan haruslah berusaha sebaik mungkin tetapi tidak dengan cara menyakiti orang lain, terus semangat pantang menyerah, selalu berpikir positif, dan selalu berdoa kepada Tuhan yang terbaik untuk kita. Karena rejeki manusia sudah diatur oleh Tuhan, tergantung bagaimana kita menyikapinya dalam berusaha sebaik mungkin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline