Lihat ke Halaman Asli

Cerita Bogel

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keruh, tak ada titik-titik kecil yang kupandang dari langit yang kelam itu. Batukku makin menjadi, kubiarkan saja dahaknya merayapi tenggorokan keringku. Loteng ini biasanya dipenuhi kain-kain setengah basah yang dikaitkan pada tali-tali jemuran. Namun kali ini kain-kain itu tidak ada. Baguslah, aku jadi bisa menikmati malam dengan tenang.

"Uhuk uhuk!!" Aku makin terbungkuk-bungkuk merasakan dahak sialan yang tak kunjung keluar ini.

"Lhoo Bogel di sini to??" Suara itu tak asing. Ah, pasti gadis itu lagi. Kudongakkan kepala dan aku melihat gadis itu, masih dengan wajah yang sama, bulat, dengan senyum lebar. Kedua tangannya mengangkat ember yang kelihatannya begitu berat. Pasti isinya kain-kain basah, berarti sebentar lagi aku harus pergi dari sini sebelum kain-kain itu meneteskan air dan menggangguku.

"Bogel lagi apa kamu?"

"Uhuk Uhuk!! Groooghh.."

"Bogel sakit ya? Batuk terus lho dari tadi. Sini biar Sinta pijitin." Ia mengelus kepalaku dan memijit tengkukku perlahan. Mungkin maksudnya baik, tapi justru hal itu membuatku sulit bernafas. Rasanya seperti tercekik. Lepaskan!

"Meoong! Meeeoong," hanya itu yang dapat keluar dari mulutku. Aku beranjak dan menghindar dari gadis itu. Masih batuk-batuk sampai terbungkuk aku membelakanginya.

"Kasihan banget sih kamu," katanya sambil beringsut mendekatiku lagi. Kemudian ia berdiri, dan meninggalkanku. Langkah kakinya terdengar menuruni tangga loteng. Huh, syukurlah dia pergi. Aku berputar mencari tempat nyaman dan berbaring lagi. Dug dug dug srek srek, ah langkah itu. Gadis itu kembali, ia membawakanku gayung yang berisi air.

"Minumlah, biar kamu nggak batuk-batuk lagi," katanya sambil menyodorkan gayung itu. Apa? Air ini? Aku sama sekali tidak membutuhkannya, yang kuinginkan hanya duduk di loteng ini sendirian. Entah itu dengan dahak yang menggumpal, atau angin yang menyaru bulu-buluku. Kau hanya bisa menggangguku saja!

Tapi tak ada yang keluar dari mulutku. Bahkan suara meong itu rasanya seperti tersekat di kerongkonganku. Kemudian aku berlalu, menulikan telingaku dari teriakannya.

"Bogel mau kemana? Ini lho udah aku bawain air biar kamu nggak batuk-batuk terus, Bogel?? Bogel??"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline