Lihat ke Halaman Asli

Ges Saleh

Menulis supaya tetap waras

Cerpen: Pengakuan Seorang Pembunuh

Diperbarui: 11 Oktober 2020   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Seorang pemuda dengan langkah pendek, perlahan memasuki sebuah kantor polisi. Wajah pemuda itu pucat, kaos longgar yang dikenakannya basah karena keringat. Petugas yang berjaga buru-buru menghalaunya karena pemuda itu begitu mencurigakan.

"Saya sudah membunuh orang, Pak," kata pemuda itu sebelum pingsan.

***

Si pemuda duduk mematung di sebuah kursi lipat buruk rupa. Ia tidak bergerak sama sekali, seolah sebuah gerakan kecil bisa meledakkan batok kepalanya. Di hadapannya seorang petugas bernama Suseno sedang menginterogasinya. Empat petugas lain, berdiri di belakang si pemuda. Bukan untuk menjaga kalau-kalau si pemuda melarikan diri, melainkan penasaran soal pengakuan yang akan disampaikan pemuda itu.

Petugas Suseno memperhatikan pemuda itu lekat-lekat. Insting polisinya mengatakan pemuda di hadapannya bukanlah seorang penjahat. Jangankan membunuh manusia, menyembelih seekor ayam pun sepertinya dia tak akan berani. Tetapi orang suci yang lemah sekali pun bisa membunuh orang jika dihadapkan pada pilihan hidup atau mati.

Petugas Suseno berusaha bersikap ramah pada pembunuh ini. Keramahan itu adalah bentuk terima kasih karena dirinya tidak perlu capek-capek menangkap dan membuatnya mengaku. Seorang penjahat yang menyerahkan diri akan selalu disambut sebaik mungkin di tempat itu.

Pemuda itu masih menunduk, menatap pola petir yang membentuk di lantai keramik kusam. Kawanan semut menembus pola petir itu dengan barisan teratur, melewati sela kaki pemuda itu tanpa rasa takut. Si pemuda berpikir, ia harus mengakrabkan diri dengan semut-semut itu karena setelah ini dirinya akan menjadi penguni tempat ini.

"Jadi, siapa yang sudah kamu bunuh?" tanya petugas Suseno. Ia bersiap-siap menyalin perkataan si pemuda di buku catatannya.

"Saya, sudah membunuh Rangga Codet, Pak," jawab si pemuda dengan gemetar.

Petugas Suseno mengerenyitkan dahi. "Bocah gila," kata seorang petugas lain sambil terkekeh.

Rangga Codet bukan nama yang asing bagi petugas Suseno dan rekan-rekannya. Orang itu adalah seorang preman yang sudah beberapa kali keluar masuk penjara. Dua hari lalu, Rangga Codet ditemukan mati dalam pelukan seorang PSK di tempat lokalisasi. Dia mati lantaran mengonsumsi terlalu banyak obat kuat. Petugas Suseno adalah salah satu orang yang mengonfirmasi kematian Rangga Codet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline