JFT Psikolog Lapas Pemuda Madiun, Maharddika Intan Rahmawati menjelaskan tujuan membagikan perasaan ini adalah agar warga binaan mampu mengekspresikan atau mengeluarkan emosi yang dimiliki dan juga untuk dapat menjadi pelajaran berharga bagi warga binaan lainnya.
"Mungkin yang diceritakan pengalaman-pengalaman traumatik. Jadi istilahnya butuh "dikeluarkan", karena kalau terus disimpan gak bagus. Selain itu pengalaman yang diceritakan bisa jadi pelajaran untuk yang lain," ucapnya di Klinik Bimkemaswat, Jumat(10/2/2023).
Bukan hanya sebagai pendengar. Petugas menanggapi curhatan warga binaan rehabilitasi tersebut dengan cara yang positif. Yakni dengan meyakinkan mereka bahwa keluarga sedang menunggu mereka bebas dan menjadi orang yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Petugas akan kasih penguatan. Artinya kita akan ajak mereka melihat permasalahan dari sudut pandang yang positif agar menjadi kekuatan untuk mereka," tambahnya.
Dika juga menjelaskan bahwa tidak semua warga binaan rehabilitasi mau menceritakan pengalaman mereka. Terdapat juga beberapa yang berpikir bahwa cerita pengalamannya hanya akan menjadi bahan lelucon jika diceritakan.
"Gak semuanya. Ada juga yang malu untuk share feeling. Mungkin merasa 'nanti kalau aku cerita pasti dicemooh'. Ada yang berpikiran seperti itu, dan kita tidak bisa memaksa," pungkas Dika.
Dalam kegiatan tersebut, Lapas Pemuda Madiun menggandeng Yayasan Rehabilitasi dan Konseling "Rasha". (Humas Lapas Pemuda Madiun)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H