Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja, Wiko Yuliyanto mengungkapkan, acara tersebut merupakan sebuah program dimana setiap petugas membeli minimal satu barang hasil karya warga binaan. Sehingga secara tidak langsung berpartisipasi dalam pembangunan nasional sebanyak 15 persen. Dimana hasil keuntungan penjualan produk, disetor untuk menambah pendapatan negara melalui Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Banyak keuntungannya membeli karya warga binaan. Selain mendukung produk dalam negeri yang tidak kalah kualitasnya. Tentunya dapat membawa berkah. Karena dikerjakan oleh tangan tangan
kreatif narapidana, yang sedang bertaubat menembus kesalahan di dalam penjara. Agar
menjadi manusia yang bermanfaat setelah bebas menjalani pidana," tuturnya sembari memamerkan hasil karya warga binaan, Senin(28/3/2022).
Saat ini produk yang telah jadi sebanyak 30 jenis. Dan sisanya sebanyak 10 jenis sedang dalam proses pembuatan yang ditargetkan akan selesai H-2 sebelum pelaksanaan. Adapun barang yang diproduksi beraneka ragam, seperti asbak, kotak kue, kotak P3K, tempat tisu, rak bumbu, rak piring,meja dan kursi kecil. Juga kotak pensil, box panel listrik, lemari baju serbaguna dan rak hiasan dinding hexagone.
"Produk yang dibuat dari dua jenis bahan, yakni kayu Jati Belanda dan kayu Sono. Tetapi yang lebih dominan digunakan bahan kayu Jati Belanda," kata Wiko.
Dirinya menyebutkan, bahwa bahan yang terbuat dari kayu Jati Belanda dan kayu Sono dijual dengan harga yang sama. Namun terkait dengan kualitas, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
"Harga antara kayu Sono dan Jati Belanda kita kasih harga sama. Jati Belanda lebih ringan, kuat tetapi tidak tahan air. Kalau kayu Sono juga kuat, lebih berat, tetapi tahan air. Jati Belanda lebih cocok untuk indoor, Kayu Sono cocok untuk outdoor," tandasnya. (Humas Lasdaun)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H