Lihat ke Halaman Asli

Artefak IT

Gerry : Peneliiti dan Praktisi di bidang Teknologi Informasi

Siapa yang akan jadi korban ?

Diperbarui: 9 Desember 2020   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendaraan tanpa supir (autonomous) dipamerkan saat ajang Asean Games. Kendaraan tersebut ditampilkan oleh salah satu operator besar di Indonesia sambil memperkenalkan teknologi 5G. Jika kita browsing di Youtube dengan mengetik keyword "kendaraan listrik" maka banyak didapatkan daftar artis menggunakan kendaraan listrik, dan yang ditonjolkan di video tersebut adalah bagaimana kendaraan listrik dapat berjalan secara autonomus, artinya kendaran dapat berjalan tanpa supir yang mengendalikan kendaraan (supir hanya duduk manis saja)Dalam salah satu channel youtube pengulas otomotif, diperlihatkan juga bagaimana fungsi otonomus dapat berjalan secara baik di kemacetan Ibukota.

WOW!! betapa menyenangkan memiliki kendaraan autonomous bagi orang-orang yang terbiasa terjebak kemacetan. Sepertinya tinggal tunjuk tujuan di layar, kemudian duduk manis. Tetapi kenyamanan ini bisa kita dapatkan juga saat menggunakan taxi atau transport online, sebut nama jalan kemudian duduk manis, jika masuk area macet kadang supir mulai berkeluh kesah dengan kondisi kemacetan ini, kadang ditambah juga dengan pewangi yang menyengat maka lengkaplah 'pusing' penumpang di kemacetan.  Dalam video Youtube diatas diperlihatkan demikian hebatnya kendaraan listrik yang mempunyai fitur autonomus, suaranya hening jalannya cepat, betapa menyenangkan harga dari sebuah kemudahan.

Apakah selalu indah mimpi diatas ? MIT atau Massachusetts Institute of Technology melakukan penelitian mengenai kendaraan autonomus ini, dengan topik "Moral Machine".  Dalam penelitiannya disimulasikan kendaraan autonomous sedang dalam kecepatan tinggi, kemudian menemukan halangan (barikade di depan), satu-satunya cara untuk menyelamatkan penumpang adalah mengambil jalan sebelahnya. Di posisi jalan sebelah tersebut ada nenek-kakek sedang menyebrang. Kendaraan tidak mungkin berhenti secara mendadak. Pertanyaannya adalah : "apakah mobil akan menabrak barikade, untuk menghindari korban nenek-kakek ?" dengan resiko penumpang akan menjadi korban. Atau "apakah mobil akan menabrak nenek-kakek, untuk menghindari korban dari penumpang ?". Dalam website MoralMachine.net terdapat berbagai macam skenario termasuk contoh : "apakah kita akan mengorbankan penumpang demi kucing atau mengorbankan kucing demi penumpang ?". 

Skenario di atas mengingatkan kita pada film i-Robot yang dibintangi Will Smith, saat ada dua kendaraan mengalami kecelakaan dan masuk sungai. Pada mobil pertama berisikan seorang anak dan di mobil lain berisi polisi (Will Smith). Kemudian robot dengan algoritma yang ditanamkan dalam pusat kendalinya menghitung probabilitas, yang akhirnya memilih menyelamatkan Will Smith karena dia seorang Polisi. Algoritma atau kecerdasan buatan yang kita tanamkan ke dalam mesin atau kendaraan autonomous ini yang perlu memasukkan "Moral Machine".

Menjadi pertanyaan adalah apakah Moral Machine ini sifatnya Universal atau Lokal ? Jika sifatnya lokal maka algoritma yang ditanamkan dalam kendaraan autonomus ini menjadi berbeda-beda. Artinya jawaban dari pertanyaan diatas akan dipengaruhi oleh kendaraan jenis apa dan buatan siapa, karena moral yang dimasukkan dalam Algoritma menjadi berbeda. Pertanyaan lain adalah "Jika terjadi kecelakaan apakah kita dapat menghukum pembuat kecerdasan dari kendaraan tersebut ?"

Masih banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kendaraan autonomous banyak digunakan masyarakat di Indonesia.

Ada pertanyaan lelucon , apakah kecerdasan buatan yang ditanamkan dalam kendaraan autonomous dapat menghadapi kendaraan bermotor yang memberi sein ke kiri tapi berbelok ke kanan ?

-Salam-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline