Oleh : Muhammad Iqbal dan Gerry Katon Mahendra-UNISA Yogyakarta
Ada banyak daerah di Indonesia yang salah satu penghasil pendapatan terbesar adalah pariwisata, salah satunya adalah Yogyakarta. Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah kemudian digali melalui kegiatan pemberdayaan. Kegiatan eksplorasi sumber daya alam dapat berupa pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, hingga pengelolaan desa wisata berbasis kekayaan alam, yang pada umumnya mencakup kerjasama dalam kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan keseluruhan budaya kearifan lokal yang dimiliki. Dan juga budaya tak berwujud yang terbentuk dalam berbagai bentuk sebagai respon dari komersialisasi. (Rudwiarti, Pudianti, & Vitasurya, 2017 dalam Mahendra, Gerry Katon dan Faidati, Nur 2021). Dalam kutipan atau jurnal ini penulis menyimpulkan bahwa di Indonesia memiliki banyak potensi alam yang sangat beragam yang tersebar di penjuru Nusantara.
Salah satu contoh destinasi wisata yang terdampak akibat pandemic covid-19 di kabupaten Gunungkidul adalah Goa pindul yang berlokasi di kelurahan Bejiharjo Kapanewon Karangmojo. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mendapatkan asset peningkatan pendapatan asli daerah khususnya destinasi Goa Pindul sangat signifikan tahun 2010 hingga tahun 2016 awal, telah mencapai 1,4 miliar rerata kurun waktu 5 tahun. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Mandiri yang berhasil menjadikan objek wisata Goa Pindul menjadi primadona bagi para wisatawan di wilayah Gunung Kidul. Keberhasilan itu membawa penghasilan BUMDes Maju Mandiri mencapai Rp 5,8 miliar pertahun. Pengelolaan obyek itu berkat Dana Desa (DD), pengelolaan daerah wisata di Desa Bejiharjo itu mampu meningkatkan ekonomi masyarakat secara signifikan. BUMDes Maju Mandiri mulai mapan dan semakin berkembang sejak 2016. Mereka memiliki sejumlah unit usaha, seperti objek wisata Goa Pindul, pengelolaan sampah, pasar desa, usaha persewaan, dan simpan pinjam. BUMDes mampu mendorong ekonomi masyarakat desa, baik itu dalam usaha atau kesempatan kerja.Dalam mengelola Goa Pindul, BUMDes Maju Mandiri bekerjasama dengan 11 kelompok sadar wisata dalam pelayanan wisatawan dan mempekerjakan 2.000 tenaga kerja. Selama tiga tahun beroperasi, kegiatan ini mampu mengurangi kemiskinan dari 23,2 prosen menjadi 18,3 prosen.Selain bisnis pariwisata, BUMDes Maju Mandiri juga mengolah sampah plastik menjadi biji plastik dan pupuk organik. Unit pengelolaan sampah dibangun menggunakan Dana Desa (DD) sebesar Rp 100 juta. Selanjutnya, mereka menggandeng Universitas Gadjah Mada untuk kerjasama pendampingan. Selain itu, ada Dinas Lingkungan Hidup dan BRI yang mendukung kegiatan ini dengan memberikan bantuan mesin pengolah. Hal ini sesuai Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun terinspirasi dari Pasal 8 ayat (1), (2). Dalam Laporan Tahunan APBD Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Pengembangan Destinasi Wisata Goa pindul Desa Bejiharjo sebanyak 18% dari 15.3 miliar asset pariwisata Gunungkidul dan pemasukan berbagai sektor pendapatan asset daerah (Inuk Fatimah Rahadita Sekarleta, 2016).
Strategi Penyesuian
Menyikapi masa pandemi Covid-19 ini, pemerintah melakukan pelonggaran untuk membuka kembali aktivitas ekonomi meskipun masih dengan menerapkan pembatasan atau protokol kesehatan pada tempat dan fasilitas umum. Pemberlakuan New Normal mengakibatkan perilaku konsumen wisatawan kembali mengalami perubahan. Dengan dibukanya kembali sisi penawaran dari industri pariwisata, konsumen wisatawan kembali merespon sebagai kebutuhan untuk melakukan kegiatan wisata yang diaktifkan. Dalam upaya untuk membangkitkan atau menghidupkan kembali pariwisata di tengah wabah covid-19 di Gunungkidul yang tidak hanya di Goa Pindul Dinas Pariwisata berkolaborasi dengan Steakholder dari pihak-pihak terkait serta selain itu melakukan upaya agar tetap menjaga operasional. Agar tetap menjamin keamaan pengunjung ataupun wisatawan setiap destinasi wisata di Gunungkidul terutama di Goa Pindul setiap pokdarwis memasang papan informasi dan tetap menjaga protokol kesehatan. Dalam hal kolaborasi Dinas Pariwisata Gunungkidul mengandeng aktor-aktor yang terlibat yaitu seperti akademisi, pebisnis dan swasta. Selain kolaborasi upaya menjaga standar operasional juga dijalankan agar berjalan dengan lancar, karena banyaknya wisatawan atau pengunjung yang ingin berdatang ke Gunungkidul. Sehingga kunjungan- kunjungan mulai bergeliat kembali.
Terkait kunjungan yang harus menggunakan antigen itu sama sekali tidak ada pengunjung atau wisatawan yang datang terutama di perbatasan atau berbatasan dengan wilayah Gunungkidul, wisatawan enggan atau belum mau mengunjungi destinasi wisata yang ada di Gunungkidul. Kemudian agar pariwisata mulai bergeliat kembali Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dengan Kementrian Pariwisata melakukan kegiatan 8 kali dari Kementrian yang di tempatkan di Gunungkidul terkait gerakan BISA (Bersih Indah Sejuk dan Aman). Gerakan BISA merupakan kegiatan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI kemudian menjadi program setiap daerah, dalam rangka menggerakan sektor pariwisata supaayaa bangkit. Dari kementrian memiliki program BISA dengan memberikan beberapa fasilitas kemudian melaksanakan program kebersihan, kemudian melengkapi sarana-sarana yang harus di sediakan di suatu destinasi. Program gerakan BISA diselenggarakan di seluruh Indonesia. Salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Gunungkidul. Program gerakan BISA dilaksanakan sejalan dengan prinsip adaptasi kebiasaan baru sehingga di lokasi wisata benar-benar aman dikunjungi. Tujuan dari kegiatan ini untuk memastikan kondisi di sekitar destinasi benar-benar menerapkan prinsip bersih indah, sehat dan aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H