Lihat ke Halaman Asli

1 Juli, Aksi Teror, dan Politisasi Simbol

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403589845683610101

[caption id="attachment_312554" align="aligncenter" width="458" caption="gambar: www.flickr.com/photos/70258493@N03/14278022159/"][/caption]

Bagi kelompok separatis Papua merdeka, tanggal 1 Juli diklaim sebagai hari lahir Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kendati jumlah mereka tidak banyak, namun untuk menunjukkan eksistensinya, pada tanggal 1 Juli biasanya ada aksi pengibaran bintang kejora secara sembunyi-sembunyi. Di beberapa tempat, bahkan disertai aksi kekerasan, seperti penembakan terhadap patroli TNI dan penyerangan pos TNI dan Polri.

Menurut tokoh Papua yang ikut mendirikan OPM, Nicolaas Jouwe, Organisasi Papua Merdeka dibentuk tahun 1965 pada saat pecahnya peristiwa Gerakan 30 September oleh para serdadu Belanda di Papua dengan tujuan untuk memusuhi Republik Indonesia dan mengganggu keamanan di wilayah Indonesia bagian paling timur itu. Organisasi ini sempat mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.(Wikipedia.org).

Untuk mengantisipasi aksi-aksi teror di Papua menjelang 1 Juli tahun ini, Polda Papua telah menetapkan 5 (lima) kabupaten yang perlu mendapat atensi khusus, yaitu Kab. Keerom (khususnya di wilayah perbatasan RI-PNG), Kabupaten Jayapura, Puncak Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, dan Kepulauan Yapen.

"Ada 1 Juli juga diperingati oleh mereka sebagai hari yang lain, maka itu penting pemahaman berbangsa dan pemahaman yang baik. Di Papua masih ada kelompok yang berbeda pemahaman, maka dari itu masyarakat jangan terprovokasi," imbau Kabidhumas Polda Papua Kombes Sulistyo Pudjo. http://www.jpnn.com/read/2014/06/24/242089/Lima-Kabupaten-jadi-Atensi-Khusus-Polda-Papua-

Kilas Balik

Sekadar kilas balik, tanggal 1 Juli 2013 memang dilalui tanpa insiden penembakan. Tetapi di beberapa tempat seperti di wilayah Mulia, Puncak Jaya dan Kab. Keerom terjadi pengibaran bintang kejora. Sebagian kecil mahasiswa Papua di Yogyakarta, Solo dan Bandung merayakan hari itu dengan aksi turun ke jalan dengan tuntutan klasik mereka yaitu referendum.

Namun pada peristiwa 1 Juli tahun sebelumnya (thn 2012), terjadi serangkaian aksi penembakan dan kekerasan oleh kelompok OPM di beberapa tempat. Seperti di Arso (ibukota Kab. Keerom) terjadi penembakan terhadap iring-iringan mobil patroli TNI yang dipimpin Danyon 431 Kostrad Letkol Inf Indarto. Pengemudinya mobil Danyon 431 terluka terkena pecahan mobil, dan Kepala Desa Sawia Tami Yohanes Yanufrom yang ikut dalam rombongan Dayon 431 meninggal dunia dengan luka tembak di kepala.

Beberapa hari setelah itu, di Paniai ditemukan satu orang anggota TNI dan dua warga sipil tewas dengan luka bacok. Korban tewas dari TNI adalah Peltu Sunaryo yang saat itu menjabat sebagai Komandan Sub Intel II Kodim 1705 Nabire. Mereka ditemukan tewas pada, Jumat, 6/7/2012. Sementara dua warga sipil yang tewas bernama Lili dan Aco yang letak penemuan mayatnya tidak jauh dari penemuan jasad Peltu Sunaryo. http://www.tribunnews.com/nasional/2012/07/09/anggota-tni-dan-seorang-bocah-tewas-dibacok-di-papua

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline