Saya berdiri di sebuah stadion megah untuk menyaksikan pertandingan yang sangat menarik dan saya ingin menyaksikan tim saya dengan kemenangan yang tentu saja ingin saya saksikan. Ada juga yang menyaksikan pertandingan Sepak Bola hari itu melalui televisi tentu saja yang bukan berbayar. Kita merupakan kaum pencari gratisan namun berkualitas tinggi. Itu merupakan aspek yang memiliki pertimbangan terhadap kehidupan tentunya.
Saya adalah kaum buruh, saya bekerja untuk menghasilkan pundi-pundi demi menafkahi keluarga. Dengan segenap pikiran yang membelenggu akan pengeluaran dan pemasukan tidak seimbang. Hari-hari saya lalui dengan dedikasi yang tidak terbatas dan tidak perlu ada yang terbantahkan untuk mengejar pekerjaan di depan mata. Ada yang mengejar target, ada juga yang tidak perlu target namun harus diselesaikan. Terkadang saya merasakan pulang dengan angin malam yang menemani dalam perjalanan. Namun, Kembali lagi kebutuhan yang saya jalani meskipun lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan itu merupakan hal yang biasa terjadi di kehidupan Saya.
Seperti mengajar sesuatu namun tidak diketahui apa yang dikejar karena penghasilan kami kaum buruh begitu saja. Bahkan upah kami masih ada yang dibawah UMR (Upah Minimum Regional). Bukan karena gaya hidup kami yang tinggi karena kehidupan di Negara ini semakin naik namun Koorporasi tidak memahami itu. Kami hanya mengandalkan tenaga kami untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari.
Bagi banyak dari kami, mencari keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan merupakan perjuangan yang tiada akhir. Kami berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun terkadang merasa seperti mengajar sesuatu tanpa tahu apa yang kami kejar, karena penghasilan kami sebagai buruh seringkali tidak mencukupi. Bahkan, banyak di antara kami yang masih menerima upah di bawah standar UMR (Upah Minimum Regional), menambah beban ekonomi yang sudah berat.
Membangun Mentalitas Sang Juara di Tengah Keterbatasan
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan ini kaum buruh terus berjuang dan bertahan. Mentalitas sang juara tidak hanya relevan di gelnggang olahraga, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kami. Ini adalah mentalitas yang menggerakkan kami untuk tetap kuat dan tegar di tengah-tengah segala rintangan yang kami hadapi
1. Visi Keseimbangan Keuangan:
Kami mungkin tidak memiliki visi yang jelas tentang kesuksesan finansial seperti seorang pengusaha, tetapi kami memiliki visi untuk menciptakan keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Visi ini memandu kami dalam pengelolaan keuangan sehari-hari dan mendorong kami untuk terus berusaha meningkatkan pendapatan kami.
Memang benar pada kenyataannya Pada Pancasila yaitu Sila Ke Lima "Keadilan Soial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", merupakan akar dari terbentunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan. Undang-undang ketenagakerjaan Pasal 4 huruf d juga menjelaskan tujuan dari terbentuknya Undang-undang tersebut adalah "meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya", kami memang merasa sejahtera namun belum terjadi peningkatan sesuai dengan keinginan undang-undang tersebut.