Lihat ke Halaman Asli

Geri Frandianto Lumbantobing

God Never Make Mistake

Untuk Mereka yang Memilih Melajang

Diperbarui: 5 Desember 2020   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Melajang adalah sebuah pilihan, apapun alasannya, bisa jadi jika anda dikecewakan untuk kesekian kalinya, dan tak akan mau lagi untuk mencoba untuk mencari pasangan lagi. Dan lain hal yang mungkin dijadikan alasan. Kemudian orang orang yang melajang akan merasa lebih bahagia, tak ada ikatan, tak ada hambatan untuk berekspresi, tak ada kekangan, dll. Tapi apakah melajang adalah pilihan yang baik?

Anda tidak sendirian, beberapa filsuf juga mungkin sependapat dengan anda jika anda memilih untuk melajang. Jika untuk alasan kekecewaan tidak terlalu membuat anda puas untuk menjawab semua pertanyaan yang di berikan kepada anda perihal melajang, maka bacalah pandangan Schopenhauer. Scopenhauer adalah seorang filsuf yang sangat anti terhadap wanita, bahkan manusia. Bukan berarti dia homoseksual. Beberapa pandangannya akan membuat anda nyaman untuk melajang. Membuat anda berfikir bahwa melajang adalah pilihan yang tepat untuk hidup di dunia yang munafik ini.

Schpenhauer percaya bahwa segala sesuatu yang kita pahami adalah ilusi yang dihasilkan oleh informasi yang kita punya. Karena kita punya informasi bahwa kursi berbentuk seperti itu maka kita menyebutnya kursi, jika tidak maka kita mungkin menyebutnya susunan kayu. Dan manusia dikendalikan oleh kehendak. Hal hal yang mendorong anda untuk melakukan sesuatu. Apa yang mendorong salah satunya adalah hal hal natural seperti lapar, dan bertahan hidup.
Untuk bertahan hidup maka anda butuh makan.

Untuk keberlangsungan anda maka anda perlu untuk berkembang biak. Organisme di bumi ini berkembang biak dengan sangat beragam, ada dengan perkawinan, ada dengan pembuahan bunga, dll. Manusia tergolong dengan cara perkawinan. Jadi sebenarnya anda didorong untuk melastarikan DNA anda. Menurunkan sifat sifat anda kepada keturunan anda, dalam arti lain anda menduplikasi dan memperbanyak diri anda untuk keberlangsungan diri anda.

Schpenhauer beranggapan bahwa cinta atau ketertarikan adalah sebuah ilusi indah yang membungkus kehendak yang sangat kotor, yaitu perkawinan. Karena perkawinan dibutuhkan perkembang biakan. Dalam beberapa adat dan budaya pada saat ini sangat tabu untuk membicarakan tentang sex. Maka cinta pun diperlukan untuk membungkus dan menyimpan si kotor itu didalamnya. Kata kata cinta diperlukan, cerita cerita cinta, dll sangat familiar dengan kita sehari hari, tapi jika dibongkar semuanya, hanya ada satu ungkapan yang tak naf yaitu? Maukah kau kawin dengan?

Schopenhauer juga tidak menyukai manusia, menurut dia manusia adalah sumber penderitaan, karena keinginan keinginan yang tak akan terpuaskan. Jika keinginan ini terpenuhi, maka keinginan lain juga harus dipenuhi, dan yang lain juga. Tak akan habis waktu untuk mencapai keinginan tersebut, sehingga jika keinginan tersebut tak juga terpenuhi, maka manusia mengalami penderitaan, hal ini yang dianggap Schopenhauer menganggap manusia adalah penderita.

Sungguh Schopenhauer menawarkan satu solusi untuk menghindari penderitaan, yaitu tidak menginginkan apapun. Termasuk tidak menikah, dengan tidak menikah, kita juga menghindari menurunkan penderitaan kepada manusia manusia yang baru.

Lalu jika memang DNA atau sifat sifat kita akan diturunkan ke generasi selanjutnya. Apabila kita mempunyai sifat periang dan bahagia selama hidup, dan merasakan sedikit penderitaan walaupun memilih untuk tidak menikah, anda punya kewajiban untuk meneruskan sifat sifat kebahagian itu kegenerasi selanjutnya. Mengapa?

Dunia sekarang, sangat rentan terhadapa perpecahan, penggunaan social media, dll menjadi ajang pelampiasan kemarahaan, dan ketyersinggungan. Manusia akan meneruskan sifat sifat kemarahan kepada generasi generasi berikutnya, maka jika hal ini terus berlanjut maka generasi pemarah akan memenuhi bumi. Ini lah cara (jika memang benar) manusia berevolusi dari sifat sifat yang tertanam di DNA kita menjadi manusia pemarah. Hampir sama dengan Teori evolusi, siapa yang sifat nya lebih dapat beradaptasi akan lebih dapat bertahan hidup, namun agak berbeda dengan evolusi manusia, si manusia pemarah dan si manusia gembira.

Karena si manusia gembira tidak memerlukan apa apa karena pada dasarnya dia sudah merasa bahagia walaupun dia memilih tidak menikah, berbanding terbalik pada manusia yang murung dan pemarah, yang keinginannya selalu ada, apalagi masalah perkawinan, akan menghasilkan generasi generasi pemurung dan pemarah.

Walau memang tidak semua yang menikah itu adalah generasi pemurung dan pemarah. Tapi setidaknya jika anda sedang bahagia walaupun melajang, anda sedang memutus generasai manusia gembira juga.
Maka untuk teman teman

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline