Pada hakikatnya dalam berkomunikasi tentulah ada pesan yang akan disampaikan. Sama hal dengan politik ada pesan juga yang disampaikan. Oleh siapa pesan itu disampaikan akan dibahas dalam artikel ini.
Politik di Indonesia sering kali dikaitkan dengan keberadaan sosok lelaki yang diperkuat untuk menjadi seorang politisi. Lembaga - lembaga politik dicerminkan sebagai lembaga yang privat. Artinya lembaga tersebut didominasi oleh sosok laki-laki. Sepertinya hal- hal yang menyangkut tentang perspektif gender pada era sekarang tidaklah amat berarti. Jelas pada era sekarang telah berkembang minat perempuan untuk ikut andil. Politik terdiri dari person, proses, hubungan, lembaga dan prosedur yang membuat keputusan – keputusan publik berwibawa ( Joni Lovenduski, 2008:32). Dapat diartikan bahwa setiap personal atau seseorang baik laki- laki ataupun perempuan dapat turut serta untuk membicarakan politik yang kini disebut komunikator politik. Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. ( Umaimah Wahid, 2012:25).
Dalam artikel ini, pembahasan mengenai sosok komunikator politik adalah sosok yang mencuat dalam kancah politik di Indonesia akhir-akhir ini, ia adalah seorang perempuan yang berasal dari Jawa Timur. Tri Rismaharini yang akrab disapa Risma ini sering membuahkan hal – hal yang amat kontroversial seperti, walikota terbaik dunia, menutup lokalisasi Dolly, serta yang baru- baru ini terjadi adalah persoalan pilgub DKI Jakarta 2017. Sosok Risma diprediksi bakal menghentak pertarungan politik di Ibukota tersebut. Berbagai partai besar hendak meminang Risma untuk menjadi Gubernur DKI.
Dalam sebuah artikel di media sosial menyebutkan bahwa Risma tidak akan mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta dan akan tetap fokus pada pekerjaan rumah di Surabaya. Dari sini bisa terlihat risma sebagai komunikator politik tentu menyampaikan sebuah pesan – pesan politik kepada siapapun yang mendesaknya untuk menjadi Gubernur. "Aku konsentrasi di Surabaya, ya," tambah Risma saat ditanyai oleh media. Dilansir dari salah satu online.
Pernyataan diatas adalah salah satu hasil komunikator politik yaitu Risma dalam menyampaikan pesan. Sang komunikator menyampaikan pesan itu kepada publik guna mengiring opini publik untuk mengarahkan perhatian kepada komunikator. Artinya disetiap pernyataan pesan yang disampaikan oleh komunikator ada aspek seperti sikap dan perilaku mengenai komunikator. Karena pesan tersebut mengandung banyak spekulasi, mungkin saja dari pesan itu risma dengan sikapnya tetap bersikukuh untuk terus menjalankan roda pemerintahan di Surabaya yang kini ia pimpin dan dengan perilaku bahwa dia tetap mencintai warga Surabaya sehingga berat untuk melepaskan jabatannya.
Terlepas dari semua itu, Risma hanya seorang manusia. Sebagai pelaku politik, barangkali tentu risma menggunakan strategi untuk bertahan. Strategi- strategi itu muncul ketika suatu pesan politik disampaikan kepada khalayak untuk memunculkan suatu perhatian yang lebih. Ketika saat itu, kepentingan politis yang menyangkut hajat orang banyak di Surabaya tentu akan mudah dilaksanakan sebab dari pernyataan diatas memberikan respon yang baik dari masyarakat Surabaya yang merasa ada yang lebih memperhatikan.
Nama : Gerry Diansyah
NIM : 07031381520099
Kelas & kampus : A Inderalaya
Dosen Pembimbing : Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.sc.