Lihat ke Halaman Asli

Niko Nababan

Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Puisi | Rindu yang Mewabah

Diperbarui: 6 April 2020   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu yang ia coba lukiskan dalam benak berawal dari masa itu. Masa itu, saat riuh melepaskan benih-benih kecemasan.

Pun sepasang bola mata bening berhasil menepis hujan di pipi. Cemas saja belum teratasi, namun tanya sudah berderet menanti.

Ia seorang anak lelaki yang sedang merindu. Duduk manis dan menunggu. Tangannya sibuk menulis bait-bait rindu. Baginya rindu adalah keharusan.

Perihal rindu di ujung rindu, ia tidak tahu-menahu. Baginya rindu tanpa ujung. Begitulah ia menempatkan rindu dalam mimpinya.

Kerinduan, dapatkah kau mendengar ?
Kembalilah padanya, dihadapan wajahnya.

.......

Palembang, 6 April 2020

Untuk mereka yang merindukan orang-orang tercinta dari kejauhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline