Lihat ke Halaman Asli

Niko Nababan

Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Puisi | Sam dan Malam Terakhir

Diperbarui: 31 Desember 2019   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sam. Pipinya tampak memerah. Duduk manis ia di antara tembok-tembok bata. Ia masih harus menunggu.

Anak-anak itu. Sudah lebih dulu curi start. Bersama teman sepermainan, menggengam beberapa keping koin perak. Habiskan beberapa batang bunga api.

Para remaja itu. Senyum-senyum di wajahnya. Sambil jari cekatan merangkai padanan kata. Basa-basi untuk ketemuan. Tawar-menawar tempat janjian. Sebagian, berharap bisa jadian. Itupun tak lupa kekinian. Buat harapan di beberapa postingan.

Dewasa itu. Sibuk atur pertemuan. Sebagian tampak masih menyintas, dari belenggu sisa-sisa perbudakan.

Sam. Pipinya memerah. Sebab ia akan datang berpesta. Hingga tengah malam, masih sepenuhnya miliknya.

Palembang, 31 Desember 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline