Lihat ke Halaman Asli

Niko Nababan

Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Puisi | Yang Ingin Dilupakan

Diperbarui: 9 Maret 2019   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.pinterest.com/pin

Linimasa membawaku jauh
Ketempat dimana aku
Mengubur segala kepedihanku
Tak ada hasrat untuk kembali
Sebab bangsat tak butuh apresiasi

Ini bukanlah pertama kali
Berkali aku coba lari dan bersembunyi
Menyendiri dalam sunyi
Agar tidak dikenali
Merisau diantara bayang-bayang ngeri

............

Cinta adalah milik mereka
Wajah-wajah yang merona di bilik bermain
Sedangkan aku hanya punya adrenalin
Agar dapat lari dari wayar berpilin
Tubuh tak perlu ditanya
Semua berunding saat bejat itu tiba
Pasrah artinya siap untuk menerima

Lari
Tanpa ada relasi
Beberapa menutup mata
Itu hal pribadi yang tak perlu dicampuri
Beberapa memberi solusi
Namun terlalu sulit untuk ku mengerti

Bangsat ku
Bersama ricuh sekawanan
Yang ku sebut sepermainan
Bergelimang tawa
Seolah tanpa ada masalah
Yang aku tau hanya menata hidup
Menata dengan caraku
"Persetan dengan kebenaran,
tak pernah ia singgah dan tawarkan kebaikan"

Gelap menyambutku
Disuatu ruang kosong
Bersama tubuh
Yang hina dan jadi tidak bermalu
Teringat aku
Samar-samar ucapan itu
Sembilu yang merusak kerja otak
Mencundangi hingga terentak

Bangsat hanya menjadikan ku budak
Didalam tertawa ia tebahak-bahak
Pandai dia berlagak
Dibalik laraku ia menyibak-nyibak
Tak ada kontrak
Membunuhnya pun aku berhak

............

Linimasa membawaku jauh
Ketempat dimana aku
Mengubur segala kepedihanku
Tak ada hasrat untuk kembali
bejat kerap sekali menguliti

09/03/19

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline