Lihat ke Halaman Asli

Niko Nababan

Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Puisi | Golongan "Putih"

Diperbarui: 12 Februari 2019   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bobo.grid.id

Yang menyebutnya sebagai tempat hidupnya para apatis; sekumpulan individu yang menjelma menjadi populasi miskin harapan.

Bukan tanpa kesadaran, hanya saja kesadaran itu telah dirampas bersama janji manis para elite; yang nikmatnya hanya sampai kertas suara saja.

Yang peka pada perubahan dan harapan, dikecewakan dan juga di abaikan; hingga akhirnya lupa tanggal pemilihan dan fungsi kertas suara.

Mereka yang disebut anti demokrasi bukan tanpa kontribusi; olehnya tersadar akan defisit demokrasi.

Tak perlu jauh mengumbar khayal, sebab ini bukan ajang pencarian khayal. Jangan lahirkan sumpah serapah oleh hanya karena coba-coba, yang ada semakin akan bertambah.

Bukan tak ingin bersuara; bersuara bukan sebatas untung-untungan. Bukan tak ingin menggunakan suara; suara adalah sebuah harapan. Bukan tak ingin menyuarakan; menyuarakan adalah kepercayaan.

Siatuasi politik yang tak karuan, membuat sekawan yang disebut "golongan" semakin bingung membuat rumusan; belum lagi demokrasi yang dirasa memberi pergantian bukan perubahan.

Yang menyebutnya sebagai tempat hidup para apatis; kini menjelma menjadi klinik bagi korban luka politik di masa silam. 

Adakah yang ingin memulihkannya ?

(Plg, 07/02/19)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline