Lihat ke Halaman Asli

Gender itu Tidak Ada? Maka Antara Laki-laki dan Perempuan Sudah Selayaknya Setara

Diperbarui: 9 Februari 2017   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetaraan gender merupakan suatu topik yang sudah tidak asing bagi saya karena pada kuliah saya di jurusan sosiologi, saya mempelajari kesetaraan gender secara khusus di mata kuliah sosiologi gender.

 Gender merupakan suatu konsep yang lebih merujuk kepada realitas psikologis perilakudan sifat laki-laki maupun perempuan yang terbentuk melalui kontruksi sosial dan budaya masyarakat. Gender ini harus dibedakan dengan seks. Seks disini adalah pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan berdasar karakteristik  biologis yang membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Seks ini melekat secara permanen padalaki-laki maupun perempuan, dan sudah merupakan kodrat atau ketentuan dariTuhan. 

Sedangkan gender hanya merupakan hasil kontruksi sosial budaya atau bentukan masyarakat yang semakin melanggengkan aturan-aturan di masyarakat yang membuat antara jenis kelamin dan karakteristik gendernya harus sesuai. Bahkan menurut seorang tokoh feminisme modern yaitu Judith Buttler, gender diciptakan untuk semakin melanggengkan kehidupan heteroseksual (kehidupan berpasangan lawan jenis).       

 Oleh karena gender ini merupakan hasil buatan atau kontruksi masyarakat yang dibuat guna semakin melanggengkan kehidupan heteroseksual, maka seperti yang dikatakan oleh  Judith Buttler, gender itu sebenarnya tidak ada. Sehingga antara gender laki-laki maupun perempuan sudah selayaknya setara,karena pemisahan atau pembedaan gender yang mengakibatkan adanya ketidaksetaraan gender hanyalah bentukan manusia yang sebenarnya pembedaan ini secara kodrati tidak ada.

 Meskipun antara seks dan gender mempunyai hubungan peran, namun adanya hubungan peran ini tidak berarti menentukan bahwa perempuan harus selalu merawat anak dan mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki harus bekerja membanting tulang mencari nafkah. Laki-laki juga boleh konsen kepada pekerjaan rumah tangga dan merawat anak, sebaliknya perempuan juga boleh bekerja keras membanting tulang mencari nafkah. Jangan sampai kontruksi sosialatas gender yang menimbulkan perbedaan atau ketidaksetaraan gender malah membatasi tindakan kita.

 Sekali lagi adanya ketentuan seperti di samping ini hanyalah hasil ciptaan atau bentukan manusia yang justru malah membatasi tindakan kita. Sudah selayaknya baik laki-laki maupun perempuan bebas menentukan dan melakukan peranannya tanpa harus mengikuti aturan seperti perempuan harus bekerja disektor domestik atau rumah tangga.    

Pembedaan peran gender ini hanyalah merupakan hasil dari budaya patriarkhal dari sistem feoda lpada masa lampau yang telah terlanjur mengakar kuat pada masyrakat dan semakin memperkuat ketidaksetaraan gender. Maka baik laki-laki dan perempuan sudah selayaknya bebas untuk mendapatkan atau mengakses pendidikan, pekerjaan, dan hak yang setara tanpa adanya diskriminasi antara satu dengan yang lain.                                                                                                                                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline