Lihat ke Halaman Asli

Profesor, di Balik Kejeniusan Tersembunyi Niat Keji

Diperbarui: 17 Agustus 2024   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://news.detik.com/berita/d-6243354/profesor-uho-kendari-jadi-tersangka-kasus-pelecehan-seksual-mahasiswi

Seorang profesor atau guru besar yang memiliki kehormatan dan diberikan kepercayaan yang besar ternyata tidak selalu mulia. Beberapa kasus menunjukan bahwa profesor kerap kali menghianati muridnya untuk kepuasan pribadi. 

Profesor adalah gelar kehormatan tertinggi yang diberikan kepada seorang akademisi. Tugas utama seorang profesor adalah sebagai pendidik. Artinya, seorang profesor memiliki tugas untuk mengedukasi dan memperluas wawasan dari murid-muridnya. Seorang profesor harus mampu membuat lingkungan belajar yang aman dan bermartabat untuk muridnya. Oleh karena itu, tindakan-tindakan yang menghambat proses ini, seperti tindakan pelecehan akan bertentangan dengan tugas utama profesor. Alhasil, tindakan ini tidak hanya mencoreng nama baik dari profesor tersebut, namun juga merusak citra institusi pendidikan dan sesama guru besar.

Salah satu kasus yang bertentangan dengan tugas utama dan martabat dari profesor adalah kasus pelecehan seksual. Pada tahun 2022, salah satu professor di Universitas Halu Oleo (UHO) terlibat dalam kasus pelecehan seksual. Dari testimoni korban, seorang profesor yang berinisial B mencium salah satu mahasiswanya tanpa izin dan persetujuan. Seperti yang dikatakan korban, "Tiba-tiba dosen itu membuka masker yang saya pakai lalu mencium bibir saya. Saya mendorong kedua bahu dosen tersebut, dan saya langsung keluar dari rumahnya." 

Tidak hanya itu, kasus pelecehan seksual dari seorang profesor telah terjadi di berbagai wilayah di dunia. Contohnya, kasus pelecehan seksual di University of Adelaide, Australia Selatan. Kasus ini melibatkan  Profesor Joshua Ross dan mahasiswanya. Beberapa kasus ini semakin menjelaskan kondisi terkini dalam dunia pendidikan. Kasus-kasus pelecehan tidak hanya terjadi di satu wilayah, namun terjadi di berbagai wilayah di dunia. Maraknya penyimpangan-penyimpangan kode etik profesor ini semakin mencoreng nama baik institusi pendidikan dan sesama profesor.

Untuk memuaskan nafsu dan keinginannya, terkadang seorang gembala harus menghianati dombanya. Namun, hal ini bertentangan dengan tugas seorang gembala. Seorang gembala harus bisa melindungi, membimbing, dan memimpin domba-dombanya menuju suatu kebaikan. Seorang gembala yang baik tidak akan pernah memanfaatkan dombanya demi kepentingan dan nafsu pribadi. Seperti seorang gembala, seorang profesor seharusnya membimbing dan mengedukasi mahasiswanya, membantu mereka menjadi individu yang lebih berpengetahuan. Namun untuk memuaskan nafsunya, beberapa profesor telah menyalahgunakan kepercayaan dan kekuasaan dari para siswanya. Beberapa profesor telah melecehkan dan menyakiti para muridnya untuk kepuasan pribadi.

Maraknya tindakan pelecehan seksual menjadi masalah yang kritis dan perlu ditindak lanjuti. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus lebih tegas dalam menerapkan kebijakan-kebijakan anti pelecehan seksual. Pengawasan terkait tindakan professor juga harus lebih ketat. Sebab, edukasi merupakan hak dari seluruh manusia sehingga tindakan yang menghambat edukasi harus dihentikan. Dengan demikian, tindakan-tindakan seperti kasus pelecehan ini harus diawasi dan ditindak lanjuti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline