Lihat ke Halaman Asli

Masih Adakah Harapan Itu?

Diperbarui: 25 Mei 2024   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jembatan Flyover Mergosono kota Malang (dok. pribadi)

pagi itu ketika fajar mulai menanmpakkan cahayanya, semua orang keluar dari rumah untuk bekerja. hiruk pikik kota tua dengan aktivitas yang telah menjadi rutinitas menjadi warna tersendiri bagi kota itu. Dengan berbagai macam profesi mulai dari yang berjas mewah hingga yang berpakaian lusu, ada yang menggunakan mobil bermerek dan ada yang menggunakan kendaraan biasa saja, namun semuanya menjadi satu dijalan raya. 

pagi itu sekitar pukul 9 aku berjalan disekitar rel kereta api, dibawa flyover. suhu udara yang cukup sejuk pagi itu membuat saya berjalan agak cepat agar badan ini terasa hangat, namun ditengah tengah jalan kaki saya terhenti ketika mata ini tertuju pada seorang pria parubaya yang duduk diatas pembatas jalan dengan memegang sebuah koran ditangannya. pikirku mungkin beliau seorang penjual koran. kucoba mendekatinya, perlahan demi pasti aku meyakinkan langkahku bahwa apa yang kulakukan ini tepat. karena pikirku jangan sampai aku di tuduh mau menipu atau berbuat yang kurang baik kepada pada itu. 

akhirnya saya bertemu dengan bapak itu, saya mencoba untuk menanyakan identitas pria paru baya tersebut, namun ia enggan memberitahu namanya. mungkin karena kami baru bertemu. melihat penampilannya ia seperti orang yang tidak terurus, dan ku lanjutkan dengan bertanya dimana keluarga bapak? cukup lama diam... dan pria tersebut menjawab istriku meninggalkanku. aku terdiam dengan jawaban itu, dan berpikir hal ini yang membuat bapak itu menjadi seorang yang introvert. berselang beberapa waktu pria tersebut bertanya kepadaku "untuk apa kamu berada ditempat seperti ini, dipagi yang dingin ini" sontak aku menjawab "aku suku suka berjalan keluar dari rumah dipagi hari untuk melihat orang-orang yang bekerja"... pria tersebut melanjutkan dengan pertanyaan "lantas apa pekerjaanmu" "inilah pekerjaanku" ujarku. aku mengambil alih pembicaraan dnegan bertanya apa harapan terbesar bapak saat ini.. Pria tersebut menjawab "diusia sepertimu dulu bapak punya banyak harapan dan cita-cita dalam hidup" lantas sekarang? ujarku... semuanya telah hilang dengan kenyataan takdir yang begitu pahit. setelah mengatakan hal tersebut pria parubaya tersebutpergi meninggalkanku. 

pernyataan tersebut membuatku berpikir masih adakah harapan itu???

darimanakah datanganya harapan itu??

masihkah kita terus berharap dengan semua kenyataan yang terjadi??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline