Lihat ke Halaman Asli

Membangun Eskalasi Gerakan: Progresif Berkelanjutan (Bagian 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kajian Isu yang Komprehensif

Setelah menentukan isu yang akan diangkat, maka tugas selanjutnya adalah menangkaji isu tersebut sehingga dapat terlihat duduk perkara yang sebenarnya. Setelah isu menjadi jelas, maka kita akan lebih mudah untuk mencari solusi dari sebuah isu. Kajian bukanlah hal yang mudah. Tahap inilah yang biasanya menjadi kelemahan dalam sebuah gerakan, khususnya gerakan mahasiswa. Banyak keterbatasan pada mahasiswa, diantaranya keterbatasan keilmuan, dan informasi. Namun, ditengah keterbatasan yang ada, kita harus tetap mengkaji seoptimal mungkin isu yang ada. Jangan sampai gerakan kita menjadi gerakan yang asbun, tanpa ada kajian yang komprehensif. Berikut tahap-tahap yang bisa dilakukan dalam melakukan kajian, diantaranya:


  1. Kuasai informasi sebanyak minggu. Buat kliping media, kumpulkan informasi layaknya Bank data. Kumpulkan informasi dari sumber-sumber terpercaya.
  2. Lakukan diskusi internal atau brainstorming. Setiap peserta diskusi berhak mengeluarkan pendapatnya tanpa harus disaring diawal, biarkan semua pandangan keluar dari masing-masing peserta diskusi. Pendapat diharapkan berdasarkan data, tidak hanya sekedar pendapat pribadi. Setelah semua berpendapat, pilah dan kerucutkan isu menjadi lebih relevan dengan sasaran kedepan.
  3. Hubungi dan lakukan kunjungan pakar atau tokoh yang kompeten pada isu yang kita angkat. Pertanyaan-pertanyaan yang keluar pada saat proses diskusi internal berlangsung, dapat ditanyakan disana.
  4. Setelah dirasa sudah matang, hasil kajian dapat disampaikan ke instansi atau pihak yang terkait dengan isu. Sampaikan duduk perkara sesuai dengan hasil kajian yang kita buat. Sampaikan pula tuntutan mahasiswa terhadap isu tersebut. Selain itu, kita juga dapat membandingkan data yang kita dapat dengan data dari instansi terkait. Berpikilah untuk mencari solusi bersama atas isu yang ada.
  5. Buatlah time line gerakan. List momentum yang dapat digunakan untuk memboomingkan isu, jika memungkinkan kita dapat membuat momentum kita sendiri.
  6. Tentukan tahapan-tahapan dan parameter kesuksesan pada setiap tahapan.
  7. Pantau terus perkembangan isu, mulai dari pemberitaan di media maupun opini yang terbentuk dimasyarakat.
  8. Evaluasi secara berkala. Inventarisasi faktor keberhasilan dan kegagalannya.
  9. Banyak isu yang bersifat jangka panjang, maka pewarisan pergerakan sangatlah penting. Pastikan dokumentasi kajian tersimpan dengan baik dan dapat diwariskan ke generasi setelahnya.


Bangun Jaringan dan aliansi

Membangun jaringan dalam sebuah gerakan adalah keharusan. Kita tidak dapat membangun gerakan yang massif tanpa keterlibatan dari elemen lain. Tentunya elemen yang memiliki kesamaan visi gerakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun jaringan, antara lain:


  1. Bergaul dengan banyak orang dan berbagai macam elemen gerakan. Hadiri undangan pertemuan mereka. Dengan kehadiran kita, mereka akan merasa dihargai, maka pada kesempatan lain mereka pun akan lebih menghargai kita.
  2. Jadilah pendengar yang baik. Simpanlah hal-hal atau pemikiran-pemikiran yang mereka sampaikan ke kita, terlapas kita setuju atau tidak terhadap pemikiran mereka. Jadikan pemikiran-pemikiran tersebut sebagai penambah wawasan berpikir kita.
  3. Simpan kartu nama, No HP atau alamat orang-orang yang kita kenal dan anggap penting, suatu saat nanti kita akan membutuhkan bantuan mereka. Bangun hubungan yang natural. Tanyakan kabar walau hanya via pesan singkat (SMS). Jangan sampai terbangun kesan, kita hanya berhubungan disaat kita butuh dengan mereka. Beri pujian sewajarnya, tidak menjadi penjilat. Sedikit kritik membangun yang disampaikan dengan baik, akan semakin memperkuat hubungan jaringan yang ada.


Semakin banyak elemen yang bergerak bersama dengan visi dan tujuan yang sama, maka akan semakin besar daya dobrak gerakan dalam menggoalkan isu. Disinilah fungsinya beraliansi, agar kekuatan gerakan semakin besar dan massif. Aliansi dapat dibangun karena elemen-elemen gerakan memiliki visi gerakan yang sama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun aliansi, sebagai berikut:


  1. Pastikan terdapat kesamaan visi, isu dan tujuan elemen yang tergabung aliansi. Bangun kesepakatan-kesepakatan strategis diawal aliansi. Jika terjadi perselisihan dikemudian hari, kembalikan kepada kesepakatan-kesepakatan yang dibuat diawal.
  2. Pahami cara berpikir setiap elemen, sehingga kita dapat memilah dan memilih persamaan dan perbedaan antara gerakan kita dengan gerakan lain. Perlu diingat, beraliansi bukan berarti membuat organisasi baru, dimana terdapat peraturan kaku seperti AD dan ART yang mengatur anggotanya. Aliansi hanya bersepakat atas beberapa kepentingan yang dianggap sama, jika dirasa sudah tidak sama, maka aliansi bisa dibubarkan kapan saja. Pahami kaidah,”Tidak ada kawan sejati, tidak ada lawan abadi, yang ada hanya kepentingan”.
  3. Kadangkala ada toleransi-toleransi yang harus diberikan dalam membangun aliansi selama hal tersebut tidak menyangkut idealism, prinsip dan nilai gerakan.


Kuasai Media, Bentuk Opini Publik

Media bagaikan pelita di tengah kegelapan masyarakat. Ketika masyarakat tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, media merupakan salah satu faktor utama yang dapat memperkuat, memperlemah, dan bahkan membentuk norma baru di masyarakat. Malcolm X, tokoh anti rasisme kaum Afrika-Amerika yang ketokohannya dapat disandingkan dengan Dr. Martin Luther King, melihat media sebagai entiti terkuat di muka bumi. Menurutnya media mempunyai kekuatan untuk membuat apa yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar, karena media dapat mengontrol pikiran massa. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat.

Tidak aneh jika calon kepala daearah atau pemimpin negeri ini bersedia merogoh kocek mereka dalam-dalam hanya untuk menokohkan diri mereka di media. Mereka bagaikan artis yang setiap saatnya muncul diberbagai media yang ada, baik media masa maupun elektronik. Karena alasan itu pula, banyak partai politik pemburu suara (vote seeking) atau yang biasa dikenal dengan tipe catch-all party, menarik tokoh dan artis terkenal guna bergabung dan menjadi bagian dari partai. Dengan demikian mereka akan mendapatkan suara tanpa harus banyak mngeluarkan biaya untuk melakukan pencitraan partai. Karena pengaruh media pula, publik melihat Sukarno sebagai seorang pemimpin besar Indonesia. Lewat radio pada saat itu, Sukarno berhasil membangun citra pemimpin kharismatik di masyarakat Indonesia, walaupun sebagian masyarakat mengetahui bahwa dalam prakteknya, Sukarno adalah pemimpin yang otoriter. Namun sekali lagi, peran media telah menggeser opini publik terhadap citra Sukarno dari seorang pemimpin diktator menjadi pemimpin yang kharismatik dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Benar kata Hitler,”Kebenaran yang diucapkan terus-menerus akan mengalahkan kebatilan yang sekali diucapkan. Kebatilan yang diucapkan terus-menerus akan mengalahkan kebenaran yang hanya diucapkan sekali”.

Peran media yang begitu strategis seharusnya dapat dilirik para aktivis gerakan dalam melakukan gerakannya. Gerakan mahasiswa sebagai sebuah konstruksi realitas sosial ditengah masyarakat, mengharuskan gerakan ini dapat membangun opini masyarakat terhadap suatu isu. Sehingga dapat memberikan rasa resah yang sama di tengah masyarakat dan pada akhirnya dapat bersama-sama masyarakat melakukan gerakan yang massif. Gerakan Mahasiswa angkatan 66 dan Reformasi 98 sebagai salah satu contoh dimana gerakan mahasiswa dapat membentuk opini yang sama bahwa Sukarno dan Suharto adalah pemimpin yang harus diturunkan pada waktu itu. Mahasiswa dan masayarakat bersatu padu. Memiliki keresahan dan musuh yang sama, yaitu rezim orde lama dan baru.

Namun, perlu diingat, opini tidak begitu saja terbangun. Seberapa gencar pun kita menggunakan media dalam mempengaruhi publik, disaat kredibilitas kita dipertanyakan, maka publik hanya akan menjadikan pemberitaan itu menjadi angin lalu. Publik akan melihat seberapa besar kontribusi nyata gerakan kita dalam mengatasi permasalah meraka dilapangan. Inilah pentingnya gerakan horizontal. Gerakan horizontal seringkali terlupakan dalam sebuah konsep gerakan, padahal gerakan horizontal menjadi support system yang sangat penting dalam membentuk opini dan memperoleh dukungan dari publik.

Pers, Pahami dan Bangun Relasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline