Lihat ke Halaman Asli

Pramuka: Peran Komunikasi dalam Membangun Best Scout Team

Diperbarui: 7 Oktober 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar: foofle image"][/caption]

 

Salah satu cara untuk mengefisienkan kelompok –kelompok (regu/sangga) agar kuantitas dan kualitas anggota nya berkembang dalam melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab. Maka, perlu di dipetakan faktor interpersonal masing-masing anggota kelompok agar pemimpin kelompok dapat memilih gaya kepemimpinan yang tepat.

Untuk memetakan itu, kita akan meminjam teori William C. Schultz, yaitu FIRO. Singkatan dari “Fundamental Interpersonal Relations Orientation”. Menurut Teori Ini, seseorang memasuki suatu kelompok karena didorong dari 3 kebutuhan. Pertama, Inclusion: Ingin masuk menjadi bagian kelompok. Kedua, Control: Ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan struktur kelompok. Ketiga: Affection: Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok.

Masing-masing dari tiga kebutuhan ini, (Inclusion, Control, dan Affection), mempunyai tiga level. Yaitu level berkekurangan (under), Ideal dan berlebihan (over).

Sebut saja “Inclusion”, Jika ada anggota kelompok yang selalu ingin mendominasi percakapan tentang kisah dirinya, dan juga guyonan-guyonan klise yang terlintas dalam pikirannya, maka angota ini bisa disebut dengan “over-inclusion”. Sebaliknya, penanda anggota yang “under-inclusion” adalah anggota yang menarik diri dari percakapan, selalu menatap layar laptop ketika rapat, mencoret-coret catatan kecil, dan ragu menyampaikan informasi pribadi agar tidak dapat diteliti oleh kelompok. Segera setelah menjad anggota kelompok yang mapan, kita akan menjadi anggota yang “ideal-inclusion”.

selanjutnya adalah Control, sebagian orang sangat kompetitif, menonjol, dan percaya diri dalam menkontruksikan tugas individu, anggota ini disebut sebagai over-control. Sebaliknya, sebagan orang selalu pasrah dan selalu ikut dengan kelompok dan bersedia ditempatkan diposisi manapun, anggota ini disebut under-control. Ditengah-tengahnya ada ideal-control yang cukup kuat dengan kemampuannya, mampu memikul ataupun tidak memikul tanggung jawab yang diberikan.

Disampig itu Inclusion dan Control, ada Affection: dimana seorang under-affection akan membuat jarak dari semua orang, tampak tidak memerlukan kontak personal dalam menyelesaikan tanggung jawabnya. Sedangkan over-affection akan tidak mampu menyelesaikan tugas tanpa ada kasih sayang yang kuat menghubungkan mereka dengan anggota-anggota kelompok. Mereka harus merasa dekat dahulu dengan orang lain sebelum dapat bekerjasama.

Seoran pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam membaca dan memetakan anggota kelompok nya dari segi personal diatas. Apakah si A itu Under-Inclusion, Ideal-Control, dan over affecttion. Atau si B adalah over-inclusion, over-control dan under-affection.

Misal si Z adalah orang yang Under-Inclusion, Ideal-Control, dan over affecttion, maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya kepemimpinan demokratis bukan otoriter maupun Laissez Faire.

Mengingat Z adalah orang yang menarik diri dari percakapan tapi ingin menyelesaikan tugasnya jika ada hubungan yang dekat secara emosional dengan anggota lainnya dan juga cukup kuat dengan kemampuannya, mampu memikul ataupun tidak memikul tanggung jawab yang diberikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline