Lihat ke Halaman Asli

Berani Tampil Beda, Apapun Profesinya

Diperbarui: 23 November 2017   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

forever-cat-lover.deviantart.com --repro

Kepada para pembaca sekalian, profesi apa yang biasanya kalian hormati dan kagumi? Pasti jawabannya tidak jauh dari CEO, Manager, pemilik suatu PT, dan sejenisnya. Saya juga hampir berfikir seperti itu. Namun sangat berbeda dengan kenyataanya. Saya sekarang harus menjalani profesi sebagai seorang pendeta.

Profesi sebagai seorang pendeta adalah profesi yang unik. Mengapa dikatakan unik? Karena profesi ini menuntut kita untuk tampil berbeda. Berbeda yang di maksud di sini adalah kita harus memiliki wibawa, sangat menjaga tingkah laku dan ucapan, juga yang paling sulit adalah untuk menjaga hati agar tetap tulus melakukan panggilan kudus ini. Profesi ini sangat berbeda dengan profesi lainnya seperti karyawan, pegawai sipil, dan sebagainya. Waktu kerja seorang pendeta lebih flexibel.

 Dan saya tentu tidak bisa menjalani hidup dengan berfoya-foya seperti teman-teman saya yang lainnya. Biaya hidup zaman sekarang memang sangat mahal. Dan pendapatan yang di dapat tidak sebanding dengan pengeluarannya. Di tengah-tengah cobaan seperti itu, saya harus berkomitmen untuk tidak iri hati, sirik, dan menyesali keputusan saya untuk menjadi seorang pendeta hanya karena teman-teman saya yang terlihat lebih sukses.

Pada saat mengikuti acara reuni teman-teman SMA saya, saya lagi-lagi harus menyaksikan dan mendengarkan mereka semua yang tanpa sadar memamerkan harta dan jabatan mereka. Mereka semua saling membanggakan diri atas apa yang telah mereka capai dalam hal materi. Sebagai manusia normal, tentu saya merasakan iri hati yang sangat mendalam. Saya merasa bahwa mereka hanya memandang sebelah mata kepada saya karena saya tidak memiliki jabatan dan penghasilan seperti mereka. 

Di tambah model pakaian yang saya gunakan sangat berbeda dengan mereka yang biasa selalu menggunakan kemeja ,sepatu, dan jam tangan mahal. Saya pun berpikir, 'mengapa hidup saya terlihat paling menderita? Apa salah saya hingga saya tidak bisa lebih 'menikmati' hidup ini?. Keesokan harinya, saya menceritakan apa yang saya alami kepada istri saya dengan penuh beban. Istri saya hanya diam sejenak lalu menyerahkan kepada saya sebotol minyak kayuputiharoma lavender sambil berkata, "coba papa teteskan minyak kayuputiharoma ini, pijat lalu hirup aromanya. Tenangkan pikiran papa dulu, baru mama akan menjawab keluh kesah papa." Saya pun melakukan apa yang istri saya bilang barusan. Jujur saya merasa lebih tenang ketika menghirup minyak kayuputiharoma ini. Istri saya pun melanjutkan kata-katanya. "Setiap kepala keluarga pasti memiliki kebanggan tersendiri jika mempunyai jabatan yang bagus dan dipandang. 

Namun, tanpa papa sadari, profesi papa adalah profesi yang mulia. Karena papa belajar untuk dapat menginjili, mengasihi, menolong, dan menghibur orang lain yang membutuhkan. Setiap orang sudah ditugaskan Tuhan di tempatnya masing-masing. Dan apapun profesinya, asalkan kita bahagia dan menikmatinya, serta dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain, itulah point penting nya. Memang, setiap orang ingin dipandang, namun bukan itu tujuan utama kita ada. 

Tugas kita adalah memuliakan Tuhan dan bukan diri sendiri." Tercipta keheningan beberapa saat setelah semua kalimat yang baru saja diucapkan istri saya. Dengan menangis saya memeluk istri saya sambil berkata dalam hati bahwa saya harus bersyukur dan menjalankan profesi saya dengan tulus dan bahagia. Saya pun berbisik,"maafkan papa ya, selama ini papa tidak bisa memberikan mama fasilitas untuk berbelanja ataupun berlibur ke tempat yang selama ini mama inginkan. Papa tau mama juga ingin seperti ibu lainnya yang dapat 'menikmati' hidup. Namun papa berjanji bahwa kebahagiaan kita tidak harus berasa dari hal-hal seperti itu. 

Saya sangat bersyukur karena setelah mendengar dan merenungkan nasihat yang diberikan istri saya dan juga berkat khasiat minyak kayuputiharoma lavender andalan saya, saya jadi lebih bisa melupakan apa yang selama ini saya inginkan. 'Profesi yang dipandang orang banyak'. Bersama minyak kayuputiharoma, saya melayani orang dan berkhotbah dengan sukacita. Tiba dimana saya harus menghadiri acara reuni teman-teman SMA, saya diminta untuk memimpin sekaligus berkhotbah di ibadah reuni tersebut setiap sebulan sekali. 

Dari situ saya sadar bahwa pintu berkat akan terbuka bagi setiap orang yang percaya, bersyukur, dan bekerja. Ternyata selama ini teman-teman saya tidak menganggap saya rendah karena profesi saya sebagai seorang pendeta. Namun mereka sangat menghormati saya karena profesi yang saya jalani dengan tulus ini. Selama ini saya telah salah menilai profesi saya. Dari sini saya belajar untuk menghargai setiap profesi yang ada. Karena setiap orang punya tugas panggilan yang berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjalaninya. Saya selalu jadikekiniandenganKPA.  Bersama minyak kayuputiharoma saya berani tampil beda. Guebeda bersama minyak kayuputiharoma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline