[caption id="attachment_316986" align="aligncenter" width="300" caption="miracleofjodoh.wordpress"][/caption]
Aku ingat percakapan kecil dengan adik lelakiku suatu hari demi melihat betapa melasnya dia menjadi jomblo .
‘’cariin cewek mb’, Aku nyengir kuda.
‘teman kost mb banyak yang jomblo kan?? Mbak punya banyak stok kan??
‘emangnya barang???’ gerutuku
‘makanya jadi cowok jangan playboy teruuus -----
mo nyari yang kaya apa??’ tantangku
‘ yang putih, cantik, tinggi, rambutnya panjang, plus nyenengin kalo diliat---‘
Hmmm, Okwee cakwee, putih, tinggi, cantik, --- yuuuk ke peternakan kampus situ, pasti ada yang kamu cari yang berkulit putih –putih itu malah dapat bonus plus—plus bisa menghasilkan susu—
Dia nyengir monyet.
Ironis, seperti masyarakat kita yang terlanjur keracunan jor-joran propaganda media yang punya gambaran ideal dan definisi cantik seorang perempuan terpusat 3 hal, cantik, putih, tinggi—plus plusnya rambut panjang, langsing, pintar, atau sebaliknya, gambaran ideal pria: cakep, keren, pinter, kaya, mapan—kita dibutakan pada syarat mutlak yang dicekokkan para kapitalis untuk mendukung nilai jual produknya. Secara sosial, propaganda itu berpengaruh pada kultur masyarakat modern yang sangat hedonis—mengagungkan materi. Termasuk dengan syarat menentukan pasangan.
Lha seperti kasus diatas, Cuma memilih pacar saja kriterianya sudah seperti itu, bagaimana jika memilih pasangan untuk seumur hidup?
Masalahnya, sedikit dari kita menyadari bahwa fisik bukanlah satu-satunya alasan dan justru memasang kriteria calon pasangan setinggi-tingginya. Mumpung umur masih cukup,sebisanya dapat pasangan yang diatas rata-rata, tapi kemudian lupa mengukur kemampuan diri, lupa mematut diri apakah layak mendapat seperti yang diinginkan?
Budaya patriarki yang masih mengakar kuat dalam masyarakat kita menempatkan kaum hawa sebagai subyek pasif yang minim daya pilih.
Seperti kata pepatah, lelaki itu menang milih, perempuan menang nolak. Lelaki itu gampang memilih, sedangkan kaum perempuan bisa menolak. Namun disinilah kekurangannya. Saudara saya, kaum lelaki itu sangat diuntungkan dengan banyak peran ‘milih’nya. Dan rata-rata yang dilihat pertama kali adalah soal fisik.
Helloow masbro,…… kaum perempuan itu dilahirkan dengan sifat lembut serta malu. Dan rata-rata kaum kami itu lebih banyak diam—ngenteni ditembung—istilah jawanya. Hanya sedikit yang kemudian punya keberanian menyatakan diri ingin meminang.
Nah, dengan standar tinggi yang anda berikan misalnya, memilih yang cantik, putih dan sederet kriteria fisik itu secara tidak langsung melukai harga diri kaum kami, menjatuhkan mental kami. Banyak kasus yang kemudian terjadi, sodara saya kaum lelaki itu kemudian berbondong-bondong mundur teratur dari perjodohan (ta’aru)f lebih banyak karena alasan fisik. Ga cantiklah, ga semampai dan sederet alasan ga jelas lainnya. Sangat disayangkan. Tentu saja ini menyakitkan bagi para saudara perempuan saya.
Sesungguhnya Sah-sah saja jika kaum adam memiliki penilaian dan kriteria dalam memilih pasangan karena itu adalah naluriah lelaki menyukai hal yang cantik dan indah-indah. tapi sepatutnya pula jika diikuti dengan berkaca diri, sudah pantaskah anda mendapatkan jodoh, pasangan seperti yang anda inginkan? Jangan-jangan anda hanya berangan mendapatkan yang lebih sedangkan tak kunjung memperbaiki diri untuk menjadi pantas dengan apa yang anda minta. Mungkin Tuhan akan tertawa mendengar permintaan anda.
Masbro, Tidak semua perempuan dilahirkan dengan berkat fisik yang sempurna, apalagi kriteria cantik zaman sekarang begitu lekat dengan kapitalisme, sehingga banyak yang pura-pura lupa, kecantikan sejati perempuan itu terletak pada ‘behaviour’nya, tidak hanya melulu beauty and brain. Tidak semua perempuan cantik memiliki perilaku yang cantik pula. Tapi bisa dipastikan ketika seorang perempuan memiliki akhlak yang baik maka cantiklah keseluruhan dirinya.
Kalopun sudah terjadi, yo bejomu masbro! Tapi yang belum kesampaian, perbaiki niat dulu deh masbro, perbaiki pula diri anda, redam sifat angkuh dan kesongongan agar jalan ente dimudahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H