Lihat ke Halaman Asli

Kepatuhan versus Kesadaran Kritis

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda mengajukan aplikasi kerja dimana salah satu ketentuan yang disyaratkan adalah agar Anda bersedia bekerja dibawah tekanan? Jikapun tidak secara tertulis, apakah dalam wawancara ditanyakan kesediaan Anda untuk bekerja melampaui waktu jika dibutuhkan? Seorang kawan yang bekerja di bagian Sumber Daya Manusia sempat berseloroh, "Saya heran mengapa orang-orang cerdas cepat sekali pergi dari perusahaan ini dan setiap saat saya harus kerepotan mencari orang lagi?"

Tenaga kerja yang melimpah di negara ini dibandingkan keterbatasan lapangan kerja, membuat para penyedia pekerjaan juga sering tidak bijak dan bersikap sesukanya. Toh, dalam pikirnya, pergi satu datang seribu, mereka membutuhkan saya dan bukan saya membutuhkan mereka. Dan, jika Anda adalah bagian dari deretan orang-orang yang begitu mengikatkan diri pada pekerjaan, sesungguhnya satu-satunya kualitas yang Anda miliki adalah kepatuhan terhadap atasan. Itu saja.

Memangnya tidak boleh patuh? Mungkin Anda balik bertanya tentang hal ini. Sebenarnya patuh itu sah-sah saja, tidak ada masalah dengan semuanya itu. Ia hanya menjadi masalah ketika kepatuhan pada akhirnya menghilangkan kesadaran dan pemikiran kritis Anda. Anda bersedia dimaki-maki atasan asalkan tidak kehilangan pekerjaan, Anda bersedia mengikuti gaya hidup yang dicitrakan perusahaan demi tetap ada di perusahaan itu, bahkan bekerja lembur berhari-hari atas nama loyalitas kerja pada perusahaan tempat Anda bekerja bahkan rela memotong waktu untuk keluarga padahal sebenarnya apa yang Anda kerjakan tidak berhubungan langsung dengan mati hidup pasien misalnya. Syarat bersedia bekerja dibawah tekanan sebenarnya hanya menunjukkan bahwa perusahaan Anda tidak dapat memanage dirinya dengan baik sehingga tidak bisa menyediakan porsi dan situasi kerja yang nyaman bagi Anda.

Bekerjalah karena Anda mengetahui untuk apa setiap pekerjaan itu Anda kerjakan. Bekerjalah dengan semangat kebebasan untuk mengaktualisasi potensi diri Anda semaksimalnya tanpa memenjarakan diri pada saat yang bersamaan. Tempatkan kepatuhan pada tempat yang semestinya, itulah yang membedakan Anda dari mesin. Memiliki kesadaran kritis akan membantu Anda memutuskan hal-hal yang tepat pada diri Anda, juga pada perusahaan tempat Anda bekerja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline