Sudah enam belas tahun berlalu sejak Indonesia terakhir kali merebut Piala Thomas. Lambang supremasi bulutangkis beregu putra tertinggi di dunia itu digenggam oleh para pebulutangkis kita pada tahun 2002 saat Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor 3-2. Sejak itu, Indonesia kesulitan untuk mengulang prestasi yang sama. Dua kali Indonesia lolos ke partai final namun kalah dari Tiongkok di tahun 2010 dan Denmark di tahun 2016.
Kekalahan pada tahun 2016 adalah salah satu yang paling pahit karena pertandingan berlangsung hingga partai kelima setelah Denmark mengambil poin dari dua partai tunggal dan Indonesia berhasil menang di dua partai ganda.
Ihsan Maulana Mustofa yang menjadi tunggal ketiga tidak mampu memikul beban sebagai penentu dan kalah dari Hans-Kristian Vittinghus dalam dua set langsung. Para pemain, pelatih, pengurus PBSI dan masyarakat pecinta bulutangkis Indonesia larut dalam kekecewaan pada saat itu.
Meskipun demikian, tim bulutangkis Indonesia berjanji akan "membalas" kegagalan di tahun 2016 itu dengan gelar di tahun 2018. PBSI segera melakukan pembenahan agar Piala Thomas dapat benar-benar dibawa pulang lagi ke Tanah Air.
Berbekal materi pemain yang ada di Cipayung, berbagai program disiapkan selama dua tahun terakhir sehingga tim putra Indonesia siap bersaing dengan negara-negara jagoan seperti Tiongkok, Denmark, Korea, Jepang, Malaysia, dan lain-lain.
Ganda putra Indonesia adalah unggulan untuk merebut poin dalam kejuaraan beregu. Materi pemain kita di nomor ini bisa dibilang adalah salah satu yang terkuat di dunia. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo berada di puncak permainannya dengan torehan rekor 7 gelar Superseries dalam satu kalender. Status mereka di peringkat 1 dunia juga menjadi jaminan akan kualitas ganda 'tengil' ini.
Sementara itu, pemain-pemain lain seperti Mohammad Ahsan, Rian Agung Saputro dan Angga Pratama punya pengalaman yang sangat banyak dalam bertanding di kejuaraan beregu.
Bila salah satu dari mereka cedera dan harus absen, kita masih punya Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang mulai menunjukkan taringnya di turnamen level elit. Herry I.P. selaku pelatih ganda putra tidak pernah kekurangan jagoan untuk dimajukan ke arena pertandingan.
Tunggal putra yang disebut-sebut sebagai penyebab kekalahan Indonesia di final Piala Thomas 2016 lalu telah banyak berubah. Angin segar dihembuskan oleh para pemain di bawah asuhan Hendri Saputra ini.
Jonatan Christie dan Anthony Ginting kini semakin matang dan mulai banyak mengoleksi kemenangan atas para juara dunia dan juara Olimpiade seperti Lin Dan, Chen Long, Viktor Axelsen, dan lain-lain. Keduanya bahkan menciptakan all-Indonesian final di Korea Open Superseries bulan September lalu.
Optimisme untuk memenangkan Piala Thomas 2018 semakin kuat setelah Indonesia berhasil menjuarai Kejuaraan Bulutangkis Beregu Asia 2018.