Lihat ke Halaman Asli

Gentur Adiutama

TERVERIFIKASI

ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Belajar dari Sukses Indonesia Juarai ASEAN Para Games 2017

Diperbarui: 24 September 2017   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atlet-atlet Indonesia memberikan hormat saat Bendera Merah Putih dikibarkan dalam Upacara Pengalungan Medali ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: sportourism.id

Indonesia sukses menjadi juara umum pada ASEAN Para Games 2017 yang secara resmi berakhir pada hari Sabtu tanggal 23 September 2017. Indonesia meraih total 251 medali yang terdiri dari 126 medali emas, 75 medali perak dan 50 medali perunggu. Torehan itu jauh mengungguli negara-negara ASEAN lainnya. Tuan rumah Malaysia ada di peringkat kedua dengan 90 medali emas, 85 medali perak dan 83 medali perunggu.

Ini adalah kedua kalinya Indonesia memuncaki klasemen perolehan medali ASEAN Para Games setelah sebelumnya pada tahun 2014 di Myanmar. Jumlah 126 medali emas yang dikalungkan ke atlet Indonesia juga menjadi rekor terbaik sepanjang keikutsertaan Indonesia di ajang olahraga multicabang khusus bagi atlet difabel dan berkebutuhan khusus ini.

Lalu mengapa kita harus belajar dari kegemilangan itu? Bukankan kata belajar lebih sering muncul setelah Indonesia mengalami hasil kurang baik, seperti saat terseok-seok di peringkat kelima pada SEA Games 2017 bulan lalu?

Kita wajib bersyukur atas keberhasilan ini sekaligus menyampaikan ucapan hormat dan terimakasih kepada para atlet yang telah berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di tengah keterbatasan fisik yang mereka punya. Namun masyarakat Indonesia dan pemerintah terutama para pemangku kebijakan di bidang olahraga tidak boleh terlalu larut dalam selebrasi. Ada setidaknya dua hal yang dapat dipelajari dari kesuksesan kita di ASEAN Para Games 2017 ini.

1. Kunci Kejayaan di Atletik dan Akuatik

Dari 16 cabang olahraga yang dipertandingkan, Indonesia hanya mengikuti 11 cabang olahraga saja. Indonesia absen di boccia, sepakbola lima orang, bola voli duduk, bola basket kursi roda dan tenis lapangan kursi roda. Namun hal itu tidak membuat Indonesia kalah dalam perolehan medali dari Malaysia dan Thailand yang mengikuti seluruh cabang olahraga. Padahal secara logika, kesempatan dua negara tetangga itu untuk mendapat medali lebih besar karena nomor pertandingan yang diikuti lebih banyak.

Faktor yang mengangkat perolehan medali Indonesia menjadi 126 medali emas (unggul 36 medali emas dari Malaysia dan unggul 58 medali emas dari Thailand) adalah karena Indonesia sangat dominan di cabang atletik dan akuatik dalam ASEAN Para Games 2017 ini. Hal itu krusial karena dua cabang yang sering dijuluki 'ibu' dari olahraga ini menyediakan medali emas paling banyak untuk diperebutkan.

Dari 134 medali emas yang tersedia di cabang atletik, Indonesia merebut sejumlah 40 dan mengungguli Malaysia dengan raihan berjumlah 36. Thailand yang selama ini menjadi momok di lintasan atletik bagi negara-negara ASEAN lainnya harus puas dengan capaian 26 medali emas.

Indonesia berjaya di cabang atletik pada ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: detak.co.

Sementara itu di kolam renang, Indonesia berjaya dengan merengkuh 39 dari total 84 medali emas yang dikonteskan. Vietnam hanya mampu membuntuti dengan 15 medali emas di posisi kedua. Singapura yang menjadi raja akuatik di SEA Games 2017 lalu bernasib tak sama di ASEAN Para Games 2017 karena cuma mengantongi 4 medali emas saja.

Total 76 medali emas dari atletik dan akuatik itu yang menjadi pendongkrak Indonesia untuk melesat ke posisi puncak. Hal ini sesuai dengan prinsip yang sering terdengar bahwa "siapapun yang menguasai atletik dan akuatik, maka ia akan menguasai keseluruhan kompetisi". Prinsip ini sebenarnya adalah hal yang hampir selalu terjadi di ajang olahraga multicabang manapun, baik level Asia Tenggara maupun Olimpiade. Amerika Serikat dan Tiongkok bisa tampil kokoh di pucuk klasemen medali Olimpiade karena mereka sangat jago di dua cabang ini.

Dengan demikian, para pemangku kepentingan di bidang olahraga seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesia, Komite Olimpiade Indonesia dan Komite Paralimpik Indonesia seharusnya semakin sadar untuk memberi perhatian yang lebih besar pada pengembangan atletik dan akuatik di Indonesia. Hal ini menjadi keniscayaan jika Indonesia ingin kembali jadi juara umum di SEA Games 2019, mempertahankan juara umum di ASEAN Para Games 2019, atau meraih medali lebih banyak di ajang olahraga multicabang lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline