Membahas mengenai sepak terjang Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo itu seolah tak ada habisnya. Ganda putra yang dijuluki "Minions" oleh para fans ini menorehkan rekor sebagai ganda putra pertama di dunia yang berhasil memenangkan tiga turnamen Superseries awal dalam suatu musim kompetisi. Penampilan ciamik mereka yang berbuah gelar kampiun di All England dilanjutkan di India Open dan Malaysia Open.
Pasangan yang kini menduduki peringkat 1 dunia ini telah berkembang pesat sejak mulai digandengkan di tahun 2015. Kualitas permainan mereka kini adalah salah satu yang terbaik di dunia. Banyak orang yang memuji amunisi lengkap yang dimiliki oleh Marcus/Kevin untuk mengalahkan lawan-lawannya.
Baik Marcus maupun Kevin punya smash yang tajam walaupun postur badan mereka tidak terlalu tinggi. Jumping smash yang disertai dengan drop shot menyilang dan penempatan bola yang akurat di bidang permainan yang kosong berkali-kali sukses mengecoh lawan. Bola-bola Marcus/Kevin sering tidak mudah ditebak dan bahkan ada yang menjulukinya 'ajaib'.
Marcus/Kevin juga sangat jago dalam permainan yang cepat. Kemampuan mereka dalam melakukan adu drive dengan bola-bola datar berketinggian sedikit di atas kepala dan lalu serobotan net kill yang kilat membuat mereka selalu unggul apabila berhasil mengajak lawan masuk di gaya permainan ini. Mads Conrad/Mads Kolding dari Denmark dan Li Jinhui/Liu Yuchen dari Tiongkok adalah contoh pemain berbadan jangkung yang dua kali jadi korban mereka.
Namun di samping kompetensi teknik mereka yang aduhai, ada amunisi lain yang mereka miliki untuk menjadi faktor pembeda dari pasangan ganda putra elit dunia lainnya. Hal itu adalah amunisi psikologis yang mengangkat mereka juga unggul secara mental.
Berikut ini adalah tiga amunisi yang dikantongi oleh pasangan ganda putra kelahiran Jakarta-Banyuwangi itu dalam perang psikologis menghadapi lawan-lawannya:
1. Flick serve yang menjengkelkan lawan.
Tipe servis yang juga disebut sebagai long service ini adalah menjentikkan raket dari bawah ke atas sehingga shuttlecock akan melambung tinggi dan akan jatuh sedikit di depan batas garis servis bagian belakang. Meskipun servis ini cukup beresiko karena sering dinilai sebagai pelanggaran oleh service judge, namun Marcus/Kevin berulang kali mencobanya dan berhasil. Nampaknya mereka telah banyak berlatih khusus dalam hal ini.
Sudah banyak lawan mereka yang dibuat jengkel karena tertipu oleh flick serve. Biasanya mereka lalu akan mengajukan protes ke pengadil di lapangan. Terkadang mereka cukup bergeleng-geleng kepala menandakan keheranan akan 'servis colongan' yang diluluskan itu. Jika sudah begini, Marcus/Kevin akan pasang mimik muka innocent dan kalem saja sehingga lawan semakin dongkol.
Apabila kita cermati dalam pertandingan mereka di tiga turnamen Superseries terakhir, mereka tidak sembarangan mengobral flick serve. Tipe servis yang beresiko membuat mereka kehilangan poin karena digugurkan pengadil ini kebanyakan dilakukan ketika mereka sedang dalam posisi unggul. Nampaknya ini sengaja agar mental lawan yang down karena tertinggal skor bisa makin tenggelam setelah kejengkelan mereka dengan flick serve. Sungguh strategi yang jitu.
2. Sesegera mungkin melanjutkan permainan.