Bahasa Indonesia semakin digemari oleh anak muda Thailand. Ada kebanggaan dan keuntungan bagi bangsa Indonesia, namun juga ada tantangan yang harus diwaspadai di balik tren ini.
Semakin banyak orang-orang di luar negeri mempelajari Bahasa Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir. Melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia ini diajarkan secara berkelanjutan dan masif di berbagai negara. BIPA berada di bawah pengelolaan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) yang merupakan bagian dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, salah satu unit di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Di antara negara-negara yang menjadi lokasi pelaksanaan program BIPA, Thailand adalah yang paling getol mempelajari bahasa Indonesia. Ada 17 lembaga pendidikan di Thailand yang aktif menyelenggarakan BIPA. Sebagian besar merupakan perguruan tinggi dan sekolah menengah atas di kota-kota besar seperti Maejo University Chiang Mai, Rajamangala University of Technology Krungthep, Prince of Songkla University Phuket, Mae Fah Luang University Chiang Rai, Udon Thani Vocational College, dan lain-lain.
Jumlah peserta didik BIPA di Thailand pada tahun 2016 lalu mencapai angka yang besar yaitu 2.752 orang, sesuai dengan data yang disampaikan oleh Prof. Emi Emilia, Kepala PPSDK ketika bertemu dengan penulis pada acara "Orientasi bagi Calon Atase Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Sekolah Indonesia di Luar Negeri" di Jakarta, tanggal 6 April 2017. Peluang untuk adanya penambahan jumlah peserta didik tahun ini sangat tinggi. Hal itu karena anak-anak muda di Thailand sedang dilanda tren belajar bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah salah satu yang banyak dipilih oleh mereka.
Menyambut antusiasme tinggi untuk belajar Bahasa Indonesia di Thailand, PPSDK telah mengalokasikan porsi yang banyak untuk pengajar yang dikirim ke Negeri Gajah Putih tahun ini. Dari hasil seleksi pengajar BIPA angkatan kelima, terdapat 12 orang yang siap diberangkatkan ke Bangkok dan kota-kota lain di Thailand. Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah karena Prof. Emi Emilia menargetkan setidaknya 30 orang pengajar bisa difasilitasi untuk menyebarluaskan BIPA di Thailand.
Meskipun belajar Bahasa Indonesia sedang berkembang menjadi tren di Thailand, hambatan dalam program BIPA tetap ada. Banyak peserta didik di Thailand yang masih belum lancar membaca huruf latin yang digunakan pada Bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Thailand yang mereka pakai sehari-hari sejak usia dini memang berbasis pada aksara Thai.
Selain itu, pengajar BIPA cukup kesulitan memilih bahasa pengantar ketika mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Sebagian besar pengajar tidak fasih berbahasa Thailand sehingga lebih nyaman mengenalkan Bahasa Indonesia dengan medium Bahasa Inggris. Di sisi lain, mayoritas peserta didik tidak mengerti Bahasa Inggris. Oleh karena itu, PPSDK bekerjasama dengan Kedutaan Besar RI di Bangkok ke depannya akan mengusahakan agar para pengajar BIPA di Thailand juga dibekali kemampuan dasar berbahasa Thailand.
Untuk menambah daya tarik belajar Bahasa Indonesia, PPSDK akan menambah muatan budaya Indonesia pada materi ajar BIPA. Hal ini dilakukan secara gotong-royong dengan unit-unit lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Pusat Pengembangan Perfilman. Pengajaran BIPA yang diwarnai oleh pengenalan aneka ragam budaya Indonesia diyakini dapat membuat proses belajar-mengajar menjadi lebih menyenangkan.
Peserta didik bisa diajak untuk belajar Bahasa Indonesia melalui media film-film Indonesia, literatur tentang budaya Indonesia, permainan tradisional, workshop memasak kuliner Indonesia, atau latihan bermain angklung. Dengan demikian, mereka pun semakin tertarik untuk bisa lancar berbahasa Indonesia agar nantinya lebih mudah memahami tentang Indonesia dan kekayaan budayanya.
Maraknya pembelajaran Bahasa Indonesia di Thailand membawa sejumlah peluang dan tantangan bagi kita di Tanah Air. Peluangnya tentu adalah terkait upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia, khususnya di kawasan ASEAN. Thailand adalah negara yang penting di Thailand baik secara politis, sosial budaya maupun ekonomi. Apabila semakin banyak warga Thailand yang bisa berbahasa Indonesia, maka keinginan banyak orang Indonesia agar Bahasa Indonesia ‘naik’ sebagai Bahasa ASEAN dapat selangkah lebih maju untuk terwujud. Bangsa Indonesia tentu juga akan merasakan kebanggaan tersendiri apabila Bahasa Indonesia diminati oleh warga dari negara-negara lain.
Berkembangnya Bahasa Indonesia di Thailand menjadi penetrasi pengaruh Indonesia secara sosial budaya. Pemahaman yang baik pada bahasa Indonesia akan mendukung peningkatan pemahaman orang Thailand pada bangsa dan negara Indonesia. Hal ini bermanfaat untuk memperkokoh hubungan bilateral antara Indonesia dan Thailand di berbagai sektor baik di level pemerintah (government-to-government) maupun antar masyarakat (people-to-people).