Turnamen bulutangkis tertua sejagad, All England tahun 2017 berakhir manis bagi Indonesia pada Minggu, 12 Maret 2017. Satu gelar juara berhasil diraih oleh pasangan ganda putra, Markus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Di babak final, unggulan kelima ini mengalahkan Li Jinhui/Liu Yuchen dari Tiongkok dengan dua set langsung, 21-19 21-14. Kemenangan dengan skor ketat dan drama menegangkan sepanjang tiga set di semifinal atas Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding dari Denmark dilanjutkan dengan aksi gemilang oleh mereka di final.
Kesuksesan Gideon/Kevin di All England menjadi penutup yang baik bagi kontingen bulutangkis Indonesia yang sebenarnya mengalami banyak kekalahan menyakitkan dalam kompetisi superseries pertama di tahun 2017 ini. Mayoritas pemain Indonesia telah gugur di babak pertama dan babak kedua. Di babak perempatfinal hanya tersisa Gideon/Kevin dan pasangan juara Olimpiade 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Memasuki babak semifinal, harapan tinggal tersisa di pundak Gideon/Kevin karena Tontowi/Liliyana dipaksa takluk di tangan ganda campuran tuan rumah yang sekaligus pasangan suami-istri, Chris and Gabby Adcock.
Seluruh pecinta bulutangkis Indonesia baik yang menonton langsung di Barclaycard Arena Birmingham maupun lewat layar televisi di Indonesia bersorak gembira setelah pasangan Tiongkok gagal mengembalikan shuttlecock yang dihujamkan oleh Gideon. Kebahagiaan ini juga pasti dirayakan oleh para pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) terutama Susi Susanti yang tahun ini melakukan debut sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI. Meraih gelar di All England memang salah satu target yang dari awal dicanangkan oleh Susi ketika ia dilantik.
Prestasi memang sangat manis untuk dinikmati dan sudah sepantasnya disambut dengan suka cita oleh kita semua. Namun tentu kita jangan berlama-lama terbuai oleh kesuksesan ini karena masih banyak target di turnamen besar bulutangkis yang menunggu. Salah satu yang paling penting adalah Kejuaraan Dunia 2017 yang akan digelar di Glasgow, Skotlandia pada tanggal 21-27 Agustus 2017. Sebagai negara powerhouse di cabang bulutangkis, Indonesia tentu wajib menargetkan juara disana, seburuk-buruknya membawa pulang satu gelar.
Prestasi juara All England yang diraih oleh Gideon/Kevin memantapkan mereka menjadi ganda putra elit di dunia. Bahkan saat ini mereka adalah ganda putra terbaik Indonesia karena peringkat dunia mereka adalah yang tertinggi dibanding pasangan-pasangan lainnya. Tahun lalu, mereka sukses merebut gelar juara superseries di India, Australia dan Tiongkok. Tahun ini sepertinya mereka semakin haus akan gelar juara superseries berikutnya. Pemain yang hebat memang tidak pernah merasa puas dengan satu gelar juara.
Berbicara tentang Glasgow 2017, dapat dipastikan Kevin/Gideon menjadi salah satu andalan utama Indonesia untuk menggondol gelar juara. Bahkan bisa dibilang mereka adalah jagoan utama kita, karena pasangan ganda campuran Tontowi/Liliyana yang biasanya menjadi tumpuan, belum tampil maksimal pasca kembalinya Liliyana dari pengobatan cedera yang dialaminya di penghujung tahun 2016. Sementara itu, pasangan ganda campuran dan ganda putra lainnya bisa dibilang masih belum konsisten dan beberapa malah cenderung angin-anginan. Di sektor ganda putri, Greysia Polii juga terlihat kurang garang tanpa adanya Nitya Krishinda Maheswari yang masih penyembuhan seusai operasi lutut.
Dalam beberapa waktu ke depan menuju Glasgow 2017, publik akan membicarakan peluang Gideon/Kevin menjadi juara dunia. Harapan akan digantungkan dan sepertinya itu akan diiringi oleh sedikit tekanan. Semoga saja hal ini tidak lantas menjadi beban bagi pasangan yang baru dipasangkan sejak tahun 2015 ini. Gideon/Kevin seharusnya bisa memandang ini sebagai motivasi untuk semakin membuktikan bahwa mereka mampu meneruskan tongkat estafet di sektor ganda putra yang secara tradisi dan sejarah merupakan keunggulan Indonesia.
Gideon/Kevin sendiri tak dipungkiri pasti sangat menginginkan gelar juara dunia. Titel prestisius itu sudah ada di bidikan mereka. Hal ini terbaca dalam wawancara mereka setelah sukses meraih juara di All England 2017. Gideon dengan bersahaja menjawab bahwa mereka akan berusaha sebaik mungkin dan berpikir kemenangan satu demi satu, ketika ditanya bagaimana mereka memandang Glasgow 2017. Inilah saatnya mereka bersiap dengan segala kekuatan agar tampil maksimal di kejuaraan dunia. Mereka punya peluang sangat besar disana, dan itu sangat dipahami oleh pasangan kelahiran Jakarta dan Banyuwangi ini.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kondisi mereka tetap prima dan bebas cedera. Masa menuju Glasgow 2017 sebaiknya dipandang dengan hati-hati oleh PBSI. Gideon/Kevin harus difokuskan turun di turnamen superseries saja, tidak usah ikut dikirim ke kompetisi kasta kedua seperti grand prix gold. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi juga perlu mengembangkan strategi permainan dan memperkuat kemampuan pasangan peraih medali perak SEA Games 2015 ini. Para pelatih dan pemain dari seluruh dunia saat ini semakin memperhitungkan Gideon/Kevin sebagai ancaman. Mereka pasti akan giat menganalisis permainan Gideon/Kevin dan berusaha mencari cara terbaik untuk bisa mengalahkannya di turnamen berikutnya.
Akhirnya, kita harus terus tak kenal lelah mendukung dan mendoakan perjalanan karir Gideon/Kevin nantinya. Semoga pasangan yang ketika bertanding sering mendapat pujian sebagai fast and exciting pair dari komentator televisi, Gill Clark ini mampu meraih sukses sebagai juara dunia di Glasgow 2017. Apabila itu nanti terjadi, maka mereka akan mengulang kisah gemilang senior mereka, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang berhasil menjadi juara dunia dengan berbekal gelar jawara All England dalam waktu yang tidak lama sebelumnya.
Selamat dan sukses untuk Gideon/Kevin! Indonesia bangga dengan kalian!