Lihat ke Halaman Asli

Gentur Adiutama

TERVERIFIKASI

ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Ketika Gamelan Menyapa Arab Saudi

Diperbarui: 2 Maret 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antusiasme warga Arab Saudi mengenal gamelan. (sumber foto: @sonobudoyo)

Arab Saudi dikenal sebagai negara ultrakonservatif yang menerapkan hukum syariah Islam berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bersifat biasa di berbagai negara di dunia namun secara khusus dilarang untuk dilakukan di negara monarki absolut tersebut.

Salah satu hal yang menarik adalah terkait dengan musik. Tidak banyak orang di luar Arab Saudi yang tahu bahwa sebenarnya musik adalah legal. Orang Arab Saudi tidak akan dijatuhi hukuman hanya karena ia mendengarkan musik.

Dalam sejarahnya, musik bahkan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Arab Saudi. Rababah dan instrument perkusi seperti tabl dan tar disebut sebagai alat musik tradisional khas negara terbesar di Jazirah Arab tersebut. Nyanyian umumnya berupa puisi dan dilantunkan secara kolektif. Musik ini juga sering dibawakan oleh misi kebudayaan Arab Saudi ketika tampil di acara-acara di luar negeri.

Penampilan grup musik pada Pekan Kebudayaan Arab Saudi di Jakarta, tanggal 27 Maret 2016. (sumber foto: ANTARA)

Meskipun demikian, musik di Arab Saudi tak sepenuhnya punya posisi yang bebas seperti di kebanyakan negara di dunia ini. Negara yang beribukota di Riyadh ini melarang pelajaran musik di sekolah formal. Di samping itu, tidak ada alunan musik yang diperdengarkan dengan meriah melalui pengeras suara di pusat-pusat perbelanjaan dan ruang publik lainnya di Arab Saudi.

Hal ini karena mayoritas masyarakat di Arab Saudi menilai bahwa musik tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam beberapa pelajaran di sekolah, bahkan secara tegas dikatakan bahwa musik adalah haram. Namun tetap saja ada beberapa orang yang menyukai musik dan ingin mengembangkan bakat di bidang ini. Mereka akan menikmatinya secara privat dan belajar secara otodidak atau pergi ke negara-negara tetangga yang punya aturan lebih longgar terkait musik seperti Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain.

Konon katanya juga ada beberapa kelompok musik band di Arab Saudi yang secara aktif mengadakan pertemuan untuk bermusik bersama. Akan tetapi hal ini tidak diketahui banyak orang karena bersifat underground.Identitasnya pun juga sengaja disembunyikan agar tidak menjadi perhatian banyak orang.

Lalu, apakah itu berarti tidak ada kesempatan bagi negara lain untuk memperkenalkan musik tradisionalnya ke Arab Saudi? Seperti yang kita ketahui, musik telah menjadi bagian penting dalam diplomasi budaya di era saat ini. Musik adalah salah satu atraksi budaya yang menunjukkan pesona peradaban suatu bangsa.

Meskipun tidak mudah, namun diplomasi budaya melalui musik di Arab Saudi bukan hal yang mustahil. Indonesia telah membuktikannya melalui gamelan, orkestra alat musik tradisional dari Jawa, Sunda dan Bali. Gamelan telah berhasil menyapa masyarakat Arab Saudi dan bahkan memiliki potensi untuk berkembang di negara Islam itu.

Pada tanggal 16 sampai dengan 20 Januari 2017 lalu, Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo hadir di King Abdullah University of Science and Tehnology ( KAUST ), Jeddah, Saudi Arabia. Pertunjukan wayang kulit dengan lakon Penculikan Dewi Sintha, Hanoman Duta dan Matinya Rahwana dan Kumbakarna dari cerita Epos Ramayana ini ditampilkan di acara Winter Enrichment Program (WEP) Final Gala 2017. Pertunjukan tersebut diiringi oleh grup gamelan dengan pengrawit yang juga datang langsung dari Yogyakarta.

Pertunjukan Gamelan di KAUST, Jeddah. (sumber foto: krjogja.com)

Seperti yang disampaikan oleh Dr. Basuni selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, pertunjukan wayang dengan diiringi gamelan ini mendapat sambutan yang meriah dari penonton yang mayoritas merupakan pengajar dan mahasiswa KAUST beserta keluarganya. Bahkan setelah pagelaran selesai, para penonton naik ke atas panggung untuk memegang wayang kulit dan mencoba memainkan gamelan. Mereka merasa takjub dengan benda-benda yang baru pertama kalinya mereka lihat secara langsung itu.

Penampilan Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo di Jeddah ini diharapkan akan membuka jalan bagi kehadiran pertunjukan wayang dan gamelan di kota-kota lain di Arab Saudi nantinya. Selain itu, pada tahun ini seperangkat gamelan yang dimiliki oleh KBRI Riyadh juga kembali dimainkan setelah sekian lama hanya diletakkan di persimpanan. Gamelan yang diberi nama Kyai Ahmad ini menarik perhatian banyak orang, baik warga Indonesia maupun warga setempat di Riyadh. Saat ini, telah mulai diselenggarakan pelatihan gamelan yang diikuti oleh anak-anak dan remaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline