Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Perang Suriah

Diperbarui: 11 September 2016   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suriah, negara beribukota di Damaskus yang terletak di Timur Tengah adalah negara yang memiliki sumber daya alam berupa minyak dan gas yang besar. Dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad yang merupakan anak mantan Presiden Suriah Hafisz Al-Assad.  Bashar Al – Assad adalah seorang pemimpin yang diktaktor, ia terpilih menjadi Presiden Suriah Pada tanggal 17 Juli 2000 dengan masa bakti 7 tahun dan terpilih kembali menjadi Presiden pada tanggal 17 Juli 2007.

Suriah sudah beberapa kali mengalami gejolak politik, namun berbeda dengan keadaan dahulu. Suriah sekarang melibatkan tidak hanya pemerintah dan warga sipil, namun juga melibatkan negara asing. Negara asing ini membantu dalam memasok persenjataan dan dana. Selain itu pula, muncul dan berkembangnya ISIS di Suriah membuat semakin rumit konflik di Suriah.

Gejolak politik yang dialami Suriah sekarang di latarbelakangi oleh warga Suriah yang kontra terhadap kepemimpinan Bashar Al-Assad. Mereka menginginkan ia turun dari jabatannya. Pihak yang kontra ini pun mulai melakukan perlawanan bersenjata, akibatnya terjadi perang saudara di Suriah. Perang ini semakin menyulut akibat masuknya dukungan ke pihak pro dan kontra dari negara asing yaitu Amerika Serikat dan Rusia.

Amerika Serikat telah terbukti memasok Rudal TOW kepada salah satu kelompok yang kontra terhadap kepemimpinan Bashar Al-Assad yaitu Brigade Mountain Hawks. Rudal ini dipasok oleh CIA (Central Intelligence Agency). Melihat Hal ini Bashar Al-Assad tak tinggal diam, ia pun menyerang balik orang orang yang telah melakukan gencatan senjata melalui tentara tentaranya.  Hal ini membuat banyaknya korban yang berjatuhan sehingga banyak kecaman dari negara asing yang ditujukan kepada Bashar.

Namun berbeda dengan Rusia, melalui  juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan “Kami memasok senjata bagi mereka (pemerintah Suriah) untuk melawan teroris, kami mendukung mereka sekarang, dulu, dan akan terus mendukung mereka”. 

Akan tetapi,  Mark Gaelotti selaku profesor pusat hubungan internasional di NYU mengatakan “Moskow tentu dengan senang hati mendukung salah satu sekutunya yang tersisa, namun saya tak yakin tujuan utamanya untuk mendukung Assad”.

Dilihat dari hal hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perang di Suriah bukan semata mata perang antara warga sipil dan pemerintahan, namun juga perang ini adalah perang proxsi antara  Amerika Serikat dan Rusia yang memanfaatkan Suriah sebagai pihak ketiga. Bahkan hal ini membuat isu isu tentang berlanjutnya perang dingin kedua negara besar tersebut.

Nama                                 :          Oditri Aprilia Jamilianti

NIM                                    :          07041381621152

Nama Pembimbing         :          Nur Aslamiah Supli, BIAM, M.Sc

Kampus / Kelas                :          Universitas Sriwijaya Palembang / B

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline