Lihat ke Halaman Asli

Yehezkiel Allen

Universitas Diponegoro

Ketika Nasionalisme Terbentur Garis Keturunan

Diperbarui: 1 Desember 2018   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Keturunan /ke-tu-ru-nan/ n 1 anak cucu; generasi;angkatan: keturunan raja; 2 kemasukan (orang halus dsb); 3 hal turun: keturunan harga barang: 4 menderita atau membuat sesuatu (penyakit dsb) yg menurun dr generasi sebelumnya; ia keturunan buta warna;


     Banyak sekali dari orang-orang kaum Tionghoa yang dibenci oleh orang-orang pribumi. Hal ini terjadi karena VOC atau Belanda takut kalau orang-orang Tionghoa dan orang-orang pribumi bersatu dan mengalahkan Belanda. Jadi untuk menanggulangi hal itu untuk terjadi, Belanda memberikan fasilitas lebih bagi orang-orang Tionghoa. Fasilitas seperti di bangunnya pecinan untuk orang-orang Tiongoa.

     Beberapa bukti bahwa Belanda adalah yang memulai semua ini adalah pada tahun 1740. Pada tahun itu terjadi pembantaian sekitar 10,000 orang Tionghoa di Batavia oleh Jendral Adriaan Valckenier. Di tahun yang sama pada 9 Oktober, orang orang keturunan Tionghoa dibantai di halaman gedung yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta.

      Hal ini berlanjut pada masa perang Jawa (1825-1830) ketika orang Tionghoa difitnah sebagai “pembuang sial” dalam barisan prajurit Diponegoro. Lalu, pada tengah tragedi 1965, orang-orang Tionghoa dikaitkan dengan komunis dan dianggap mendukung PKI. Hal ini dijadikan senjata politik untuk mendiskriminasi orang Tionghoa di depan publik.

     Berlanjut pada masa Orde Baru, kebencian terhadap orang Tionghoa tidak berhenti. Soeharto adalah orang yang mejadikan orang Tionghoa sebagai sapi perah ekonomi untuk menarik sebanyak mungkin keuntungan untuk bisnis.

     Barulah pada saat Gus Dur menjadi presiden, kebijakan diskriminatif terhadap komunitas Tionghoa dicabut. Hal  ini dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur mencabut Instruksi Presiden terbitan Soeharto pada 1967, yang membatasi ruang gerak dan ekspresi kebudayaan orang Tionghoa.

     Hal ini menyebabkan orang-orang pribumi merasa bahwa mereka hanya berperan sebagai pesuruh. Karena pembedaan perilaku ini orang-orang pribumi membenci orang-orang Tionghoa. Kebencian yang telah terbentuk lama ini lalu dapat dengan mudahnya dibangkitkan kembali dengan oknum oknum yang ingin menjatuhkan orang Tionghoa.

     Bisa dilihat di Indonesia saat ini bahwa orang-orang dengan garis keturunan Tionghoa di Indonesia dijadikkan sasaran kebencian. Kebencian ini lalu lebih terlihat pada saat proses Pilkada DKI Jakarta 2017, ketika Ahok beradu kekuatan dengan Anies Baswedan.

     Ahok yang adalah keturunan Tionghoa juga dan Anies yang adalah keturunan Arab.

     Bisa dilihat dari Pilkada DKI Jakarta tenyata kebencian terhadap orang Tionghoa belum surut juga. Orang-orang Tionghoa sering dicap sebagai orang yang hanya memikirkan akan dirinya sendiri dan dianggap tidak cocok untuk dijadikan pemimpin hanya dikarenakan garis keturunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline