Lihat ke Halaman Asli

genial arasy

Content Writer

Untuk Anakku dan Anak-Anak Lainnya, Ini Cerita Tentang Piala Asia

Diperbarui: 29 Januari 2024   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shin Tae-young di laga lawan Jepang (pssi.org)

Piala Asia 1996 menyisakan satu cerita besar bagi bangsa Indonesia, sebuah cerita abadi tentang bagaimana sang legenda hidup Widodo C. Putro mengoyak gawang Kuwait melalui gol akrobatik nan indah. Ini merupakan gol pertama Indonesia di ajang Piala Asia.

Empat tahun berselang, tepatnya pada Piala Asia 2000 di Lebanon. Hendro Kartiko sukses mencuri perhatian publik sepak bola dunia melalui penampilan impresifnya menjaga gawang Indonesia. Penampilan impresif penjaga gawang asal Banyuwangi, Jawa Timur selama gelaran Piala Asia 2000 Lebanon bahkan membuat media-media asing menjulikinya sebagai Fabian Bartheznya benua Asia.

Di tahun 2000 tersebut, penulis baru berusia 6 tahun. Usia yang masih sangat anak-anak untuk mendengarkan dongeng mengagumkan dari almarhum papa tentang hegemoni mengesankan capaian garuda di dua edisi Piala Asia. Almarhum papa bahkan nampak bersemangat ketika penulis mencoba bertanya bagaimana skuad garuda kala itu mengarungi kompetisi Piala Asia.

Piala Asia 2004 penulis mulai mengerti apa dan bagaimana sepak bola, sebuah cerita haru mengesankan penulis alami ketika penulis bersama almarhum papa merayakan gol indah kapten tim nasional dikala itu, Ponaryo Astaman, saat ia sukses menjebol gawang tuan rumah Qatar melalui gol spektakuler jarak jauh. Piala Asia 2004 menyimpan cerita bagaimana Ponaryo dan Budi Sudarsono mengobok-obok pertahanan Qatar.

Piala Asia 2007 adalah pengalaman terbaik bagi penulis, slogan "ini kandang kita" dan jersey motif hijau hingga kini membayangi pikiran penulis. Penampilan impresif Ellie Eboy, Bepe, dan Budi "Gol" Sudarsono ditengah gemuruh ribuan pasang mata di Gelora Bung Karno akan menjadi kenangan ketika penulis masih anak-anak dan menjadi bagian memori otak penulis hingga saat ini bersama almarhum papa.

Dan setelah 17 tahun berlalu dari gelaran Piala Asia 2007, skuad garuda kembali tampil di Piala Asia. Kini sudah tak ada lagi almarhum papa dan penulis, yang ada adalah penulis dan anakku. Penulis dengan bangga menceritakan sosok Nando yang begitu kokoh menjaga gawang di laga melawan Vietnam, penulis juga dengan bangga menceritakan bagaimana build up play ala Jordi Amat, penulis juga dengan semangat bercerita bagaimana lemparan jarak jauh sosok Prata Arhan mampu membuat penjaga gawang sekelas Zion Suzuki kelimpungan.

Dan semoga dengan melajunya Indonesia ke Babak 16 besar, aku si penulis dapat bercerita lebih banyak ke pada anak-anakku, tentang Piala Asia dan tim nasional ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline