Lihat ke Halaman Asli

Hidup Ini Apapun Keadaannya adalah Ujian

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebaikan atapun keburukan yang kita hadapi di dunia ini, dua-duanya adalah merupakan ujian dari Tuhan. Dan dua-duanya berpotensi membawa kita menjadi orang yang beruntung dan merugi.

Contoh kebaikan yang kita dapatkan misalnya adalah, kaya, pintar, sehat, tampan-cantik, berpangkat. Contoh keburukan yang kita hadapi misalnya, miskin, sakit, buruk rupa, pangkat rendah dan lain-lainnya.

Sudah lazim keburukan yang menimpa kita langsung kita artikan itu adalah ujian, sehingga kita begitu tekun meningkatkan kedekatan kita kepada Tuhan. Tetapi kebaikan yang kita dapatkan jarang sekali kita artikan sebagai ujian sehingga kadang-kadang membuat kita malah menjauh dari Tuhan kita.

Kebaikan akan membawa kita pada kerugian jika kita kufur nikmat dan menjadi angkara murka, misalnya kaya menjadi sombong dan tamak, pintar menjadi sombong, sehat menjadi lupa bersukur, berpangkat menjadi serakah dan lain-lain. Begitu juga keburukan yang kita terima bisa juga menjadi kerugian bagi kita, jika kita menyikapi keburukan tersebut dengan kufur musibah dan putus asa. Kita bisa putus asa dan tidak sabar bila mendapatkan keburukan seperti miskin, sakit, bodoh, hina dan lain-lain.

Marilah kita menempatkan kebaikan dan keburukan yang kita hadapi menjadi jalan sukses hidup dunia akhirat. Yang mendapatkan kebaikan harus selalu syukur nikmat, kaya menjadi dermawan, sehat menjadi meningkat ibadahnya, tampan menjadi lembut hati, berpangkat menjadi pengayom dan pelindung.

Bila kita mendapatkan keburukan jadikan juga sebagai jalan sukses hidup untuk kita. Miskin semakin meningkat kesabaran dan ibadahnya, sakit semakin mensyukuri kehidupanyg diberikan Tuhan, bodoh menjadi pemicu agar tak putus asa dalam belajar, buruk rupa tetap brsyukur karena itu adalah karunia Tuhan dan masih banyak yang lebih buruk, mungkin juga cacat.

Semua diatas adalah pilihan hidup kita dan tidak sekedar berpasrah menerima takdir. Tuhan tidak akan merubah nasib kita kalau kita sendiri tidak berusaha merubahnya. Kita menjadi raja bagi kita sendiri, menentukan nasib kita dan tetap tergantung pada Yang Maha Kuasa.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sugeng Utoyo / Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UPI-YAI Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline