Sudah selayaknya kita menunjukan nasionalisme kita, sesudah sekian lama di pasung oleh rezim yang tidak memberi kesempatan untuk kompetisi pembangunan. Rezim orde baru.
Ketika awal-awal berdirinya kerajaan Malaysia, banyak negeri jiran itu mengimport TKI guru dari Indonesia. Pondasi dasar mereka, membangun sumber daya manusia.
Ketika itu, di Indonesia sumber daya manusianya banyak intelektualnya, binaan rezim Orde lama, Sukarno. Bersamaan dengan berdirinya kerajaan Malaysia. Di Indonesia terjadi peristiwa, selain tragedy kemanusiaan yang di awali oleh G30s 1965. Juga terjadi tragedy intelektual. Banyak di antara guru yang tidak sepaham dengan pemerintah rezim baru di buat susah hidupnya dan di singkirkan.
Kini sudah puluhan tahun berlalu. Di Malaysia, terjadi peningkatan taraf hidup dan pembangunan. Ekonominya semakin kuat. Hingga mencanangkan jadi Negara maju di 2025. Sedangkan keadaan Indonesia, ketika tumbangnya orde baru, seakan baru mengerjapkan mata. Baru bangun tidur dari 'nina bobo' dan setengah ancaman kamuflase rezim militer. Banyak orang berteriak dengan kebebasan baru. Bahkan ada sebagian kecil yang keblablasan, seperti kuda kehilangan kendali. Salah satu yang liar adalah penyakit korupsi.
Di jaman orde baru korupsi hanya di 'kuasai' oleh sekelompok elit saja. Namun sekarang budaya negatf ini bak anak yang kehilangan biang. Semua dapat melakukanya dengan modusnya masing-masing, seiring hukum yang masih babak belur di pecundangi oleh berbagai kejahatan. salah satunya, penyelewengan uang negara ini.
Ketika Negara jiran, Malaysia terus bersolek dan membangun. Mereka terus mengimpor TKI. Karena ada peningkatan kualitas SDM, dan karena pembangunanya itu, kini mereka membutuhkan tenaga buruh dan mengimpor TKI level kuli bangunan dan pembantu rumah tangga. Seiring dengan 'kemandulan' Indonesia sendiri dalam menghasilkan kebijakan yang pro pembangunan. Baik dari segi sumber daya manusia maupun segi fisik. Di Indonesia terjadi stagnan kualitas. Tidak beranjak. Pengangguran masih merata di berbaggai sudut daerah. HIngga dengan sendirinya menggiring mereka menjadi TKI buruh ke Malaysia.
Di Indonesia korupsi mewabah.Dari berbagai institusi semua terjangkit virus. Tidak hanya di lembaga mega besar pemerintah. Dari level kecil hingga pusat seperti rt, rw, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, pemerintah pusat dan tak ketinggalan sebagai bibit korupsi adalah institusi keluarga. Semua seakan tidak lolos dari penyakit ini.
Maka dari itu, wahai para pejabat, janganlah sibuk memperkaya diri sendiri. Tunjukanlah sedikit nasionalisme. Jangan korupsi !. Mari bahu membahu buat prestas!i. Keluarkanlah keputusan yang pro pembangunan. Dan sebagai eksekutif vital pembangunan, lakukanlah kebijakan dengan konsekuen. Mari berkarya dan membangun dengan lurus dan massif. Ayo kalahkan Malaysia dari segi ekonomi dan pembangunan.
JAngan mau negeri kita hanya jadi obyek lemparan barang produk Malaysia. Yang sudah berada di Indonesia. Produk mobil nasional proton mereka telah menyerang halaman rumah kita. Kapan kita melakukan serangan balik dengan menghadirkan produk-produk kita yang menjadi pegangan anak-anak mereka.
Kini jaman telah berubah. Tak bisa lagi berkuasa dengan arogansi kekuatan kekerasan. Namun beralih pada bagaimana kita menyerang mereka dengan produk-produk andalan kita. Dan membuatnya ketergantungan. Maka itu, pejabat, ayo tunjukan nasionalisme. Bangun kebijakan yang pro produk dalam negeri. Dan mari serang Negara lain, dan terutama yang ada di halaman depan rumah Negara kita adalah Malaysia. Ayo ganyang dan kuasai. Jangan hanya sibuk memperkaya diri sendiri. Sedangkan rakyat dan bangsa selalu di pecundangi produk dari luar negeri.
Ingat, Malaysia sudah 'kurang ajar' menghadirkan produk mereka di halaman rumah kita. Bahkan suguhan tv (Ipin & Upin) mereka telah menguasai serta memasuki alam pikiran anak-anak kita. Kapan kita bisa menguasai anak-anak mereka dengan gadget yang kita produksi. Dan 'mengencingi' mereka dengan minuman-minuman asli Indonesia. Seperti jamu misalnya.