Dalam tubuh banyak sekali membutuhkan beragam nutrisi, karbohidrat, protein, serat, vitamin, dan lainnya agar bisa mencukupi kebutuhan tubuh kita disetiap harinya. Jika nutrisi, protein, karbohidrat, serat, vitamin tidak terpenuhi dengan cukup kemungkinan akan terjadi gizi buruk yang menyebabkan gangguan kesehatan dapat terjadi. Sedangkan gizi buruk pada anak dapat menyebabakan terganggunya pertumbuhan, pola pikir, perkembangan mental yang buruk, hingga prestasi yang tidak optimal sehingga mengganggu kegiatan disetiap harinya.
Oleh karna itu, pada kondisi gizi buruk yang sering dialami pada anak-anak seorang ibu jangan sampai menganggap remeh. Karena menjadi permasalahan pada kesehatan utama di dunia, khususnya pada anak-anak di negara yang berkembang. Penting bagi seorang ibu untuk lebih mengenali beberapa masalah kesehatan akibat gizi buruk pada anak-anak serta gejala-gejalanya agar bagi seorang ibu dapat memperhatikan kembali pada kesehatan anak dan dapat memberikan penanganan yang optimal (Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam hospitals.(n.d.).https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/ragam-masalah-kesehatan-anak-akibat-gizi-buruk).
Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan yang dapat timbul akibat gizi buruk pada anak:
1. Marasmus
Marasmus dapat terjadi pada kondisi kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk makronutrien, yang mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Ini merupakan salah satu bentuk gizi buruk. Sering terjadi pada balita usia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan kecukupan ASI serta makanan lainnya. Sehingga dapat menimbulkan gejala yaitu terlihat kurus pada tubuh, tulang yang menonjol, dan wajah terlihat amat menua.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor dapat terjadi pada kondisi malnutrisi akut, karena kekurangan protein. Jika pada kondisi ini dibiarkan dapat menyebabkan retensi cairan, sehingga perut terlihat buncit. Kekurangan protein sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Sehingga dapat menimbulkan gejala penumpukkan cairan (bengkak/edema) sehingga menyenangkan perut buncit, wajah membulat dan sembab, dan otot mengecil.
3. Marasmus-Kwashiorkor
marasmus-kwashiorkor dapat terjadi dimana kondisi kesehatan akibat gizi buruk pada anak yang dapat menggabungkan kondisi pada gejala marasmus dan kwashiorkor. Anak yang mengalami kedua kondisi ini biasanya memiliki beberapa gejala utama yaitu seperti tubuh yang kurus, terdapat penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh, dan memiliki berat badan usia (BB/U) kurang dari 60% dari berat normal usia pada anak tersebut.
4. Skorbut
Skorbut dapat terjadi pada kondisi akibat kekurangan vitamin C. Sehingga dapat menimbulkan gejala sariawan, lemah, nyeri otot dan sendi, pendarahan/pembengkakan gusi, ruam merah di kulit, diare, mual, hingga demam. Oleh karna itu sering kali disarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin C atau rutin makan buah-buahan kaya akan vitamin C.
5. Anemia
Anemia dapat terjadi pada kondisi kurangnya sel darah merah. Terdapat banyak sekali jenis anemia, akan tapi yang paling umum adalah anemia kekurangan zat besi. Sehingga dapat menimbulkan gejala tubuh lemah dan lesu, kesemutan di kaki, detak jantung cepat, nyeri dan radang lidah, kulit pucat, sesak napas, dan sakit dada.(n.d.).https://dp3appkb.bantulkab.go.id/news/dampak-gizi-buruk-terhadap-kesehatan-dan-daya-tahan-tubuh
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat. gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi. Masalah gizi buruk disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap gizi sehingga banyak jenis bahan makanan yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi anak.
Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan terhadap status gizi anak. Ibu memiliki peranan penting dalam menatalaksanakan makanan bagi anak serta menjamin terpenuhinya kebutuhan anak akan makanan bergizi. Aspek sanitasi lingkungan juga sangat menentukan kondisi kesehatan bayi.
Kurangnya perhatian keluarga, terutama ibu, dalam hal sanitasi lingkungan dapat meningkatkan kerentanan bayi terhadap penyakit infeksi dan mengurangi kesempatan anak untuk mengeksplorasi lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai anak dengan gizi buruk kurang aktif datang ke posyandu karena merasa kurang percaya diri sehubungan dengan kondisi anaknya. Sebagian ibu merasa tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan jika anaknya sakit (misalnya batuk pilek) karena merasa bisa diobati dengan obat pasaran dan akan sembuh sendiri.
Kemampuan suatu rumah tangga untuk mengakses pelayanan kesehatan berkaitan dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan serta kemampuan ekonomi untuk membayar biaya pelayanan.