Lihat ke Halaman Asli

Cina, Pribumi, Islam, dan Kristen Bergembira di Klenteng

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ni yang mengusulkan ini. Tapi justru aku yang direpotkan. Tapi bukannya aku tak tahu, kalau Ni mengandalkan aku selalu. Kecantikan dan tatapan matanya yang sangat cerdas membuat orang gampang mempercayai. Seperti saat Perayaan Cap Go Meh kemaren itu. Ni, ditunjuk sebagai ketua penyelenggara. Dan semua beban diberikan ke pundakku.

Papahnya terpandang di kotaku, termasuk paling kaya juga, hingga penunjukan Ni karena azas manfaat saja. Biar gampang segala urusan. Termasuk yang paling penting itu, biaya. Dan benar saja. Soal biaya tak masalah. Selain sumber Papah, lalu nama Papahnya, hingga gampang mencari sumbangan, juga perijinan gampang diperoleh. Tapi ide acara?

Ayo, Elis... yang begini ini, kamu yang memikirkan. Ni merajuk. Akhirnya, kenangan Pebruari lalu itu, terkenang saat awal Maret ini. Perayaan Cap Go Meh di sebuah Klenteng yang sangat sederhana sekali. Lampion 999 buah nan merah. Lalu Barongsay, meliuk-liuk yang ditunggu-tunggu. Dan hiburan multi etnik dan agama!

Aku menampilkan ibu-ibu petani menabuh lesung. Modalnya hanya alat penumbuk padi, ibu ibu petani itu memainkan dengan antusias tabuhan lesung. Dipukul-pukul sesuai irama. Konon musik lesung ini ditabuh ibu ibu petani saat menumbuk padi jaman dahulu sebelum mesin ricemill ditemukan. Maksudku dengan persembahan ini di acara Cap Go Meh, Orang Cina yang makan nasi bisa menghargai petani yang pribumi, yang menaman padi lalu menumbuknya.

Setelah itu ada koor nyanyian puja-puji kepada ke-Agungan Tuhan dari perwakilan Gereja. Dan aih, penonton pun tetap antusias. Baik yang hadir di dalam Klenteng dan masyarakat di lingkungan Klenteng yang menonton.  Apalagi setelah itu, remaja Masjid dari belakang Klenteng menabuh Rebana dan menyanyikan lagu lagu Islami! Dan puncaknya, tarian Barongsai. Dan Barongsay yang menari itu, Kawan... olala! Kaki-kakinya tak semua putih, ada yang kakinya hitam. Dan setelah Barongsay itu dibuka, penari-penarinya ada yang Cina ada juga yang orang Jawa.

Ni memelukku ketika acara sukses dan mendapat pujian Mbak Poppy Darsono, Anggota DPR yang diundang hadir, memberi pujian atas keberagaman saat perayaan Cap Go Meh yang dihadirinya. Sederhana, tak mewah, tapi mengagumkan kata Beliau. Tentu yang mendapat pelukan dan cium pipi Mbak Poppy ya, Ni bukan aku.

Tak apa, aku sudah bahagia, melihat acara ini sukses. Sebagai orang 'Cina Campuran' seperti aku, alangkah heppy nya Cina, Islam, Kristen, semua bersatu, menghibur dalam perayaan untuk orang Cina.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline