Nenek dari pihak Ibu, telah berpulang sekitar 20 tahun yang lalu.
Pagi ini tiba-tiba teringat padanya.
Rindu Nenek. Kami memanggil ya, Phophoh.
Phophoh, kami semua sayang sekali pada beliau.
Nenek terbaik.
Gemuk, pendek, sangat sabar, sangat pandai memasak, jalan nya perlahan, sangat 'open', pinter ngopeni orang, semua jadi ginuk-ginuk kalau tinggal bersamanya, ha ha ha...
Nenek awalnya tinggal di Madiun juga, di jalan Nori. Namun setelah saya berumur sekitar tiga tahun, Paman mengajak Kakek dan Nenek pindah ke Bandung.
Dulu, saat kami masih kecil dan tinggal di Madiun, kami sangat menantikan...kapan yaaa bisa ke Bandung mengunjungi Nenek. Senang sekali naik kereta api dari Madiun menuju ke bumi Parahyangan, ngruntel semua jadi satu, dalam semalam perjalanan. Banyak bekal kami bawa dari rumah, kopi setermos dan berbagai makanan khas Madiun untuk buah tangan, sambel pecel selalu wajib dibawa.
Tiba pagi Hari di Bandung, kami kemudian naik becak dari Stasiun ke rumah Nenek di jalan Paledang, dekat Alun-Alun Kota Bandung.
Nenek akan sibuk menyambut kami, mulai dari membuka pintu pagar, menyiapkan air panas untuk Mandi, karena dulu Bandung masih dingiinnn sekali kalau pagi, dan kemudian menyiapkan sarapan.
Hari pertama tiba, biasanya beliau akan meminta tolong mbak Yem untuk membelikan kami semua, masing-masing sebungkus Yamien Manis, dari rumah tetangga di belakang rumah Nenek.