Telah lewat Hari Kartini, namun terasa sayang bila tulisan ini kusimpan saja.
Celoteh kecil yang kubuat untuk partisipasi dalam sebuah acara untuk memperingati Hari Kartini dan Hari Kebangkitan Nasional yang lalu.
Surat Untuk Kartini
Aku tulis ini untukmu.
Ragu untuk mengirimnya, karena baru saja aku mendapat beritanya, dan membacanya pun tergesa, terburu-buru aku menulisnya.
Maafkan aku yang masih tertatih mengatur kata dan waktu untuk bersurat.
Aku masih menyesuaikan diri kembali ke aktifitas yang mulai bergerak ke arah normal, semoga bisa, karena semua juga sedang berusaha.
Ramainya jalan raya yang mulai menapak rapat, padat merayap, seramai itu pula jadwal pertemuan Zoom yang sekarang menjamur dimana-mana, kok kebetulan berbarengan serempak dengan mulai datangnya hujan lagi, setelah panas terik berhari-hari.
Aku terbangun dan segera menulis surat ini, aku baru sadar, aku tak bercerita apapun hanya mengirimkan serumpun puisi berharap embun menyampaikan semua yang terlantun di hatiku.
Maafkan aku.