Lihat ke Halaman Asli

Paket Misterius dari SMPN 2 Kayen

Diperbarui: 12 Mei 2016   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Paket Misterius itu saya terima tadi pukul 11.45. Sebuah kotak kado dibungkus plastik seukuran paket nasi dalam prasmanan rapat, diantar petugas  ke sekolah. 

Awalnya saya tidak berani menerimanya. Setelah membaca si pengirim, maka saya beri paraf penerimaan pada pak petugas. Saya yakin di dalam kotak ini tidak ada sesuatu yang buruk. Maklum, tertulis nama pengirimnya adalah rekan saya di tempat lama, Pak Sugino,S.Pd MPd. Beliau seorang guru penuh dedikasi dan keberanian mengutarakan kebenaran.

Awalnya, dulu tahun 2010, saya berdinas di SMPN 2 Kayen. Sebagai guru "perantauan", saya mengontrak sebuah rumah kecil berjarak 600 meter dari sekolah. Anak, istri pun diboyong ke kontrakan. Di sini, rumah kosong banyak sekali. Si empunya memilih merantau ke Sumatera untuk menjadi penjual kasur atau sayur. Kembali mudik setahun sekali untuk lebaran. Jadilah banyak rumah kosong namun ramai hanya ketika lebaran. Sedangkan saya, pengguna rumah tersebut, juga pulang kampung saat lebaran. Ceritanya, rumah itu dipakai bergantian.

Empat tahun saya bekerja di sana. Sudah tiga rumah yang menjadi singgahan kami. Pertama, rumah kosong di Tunglur. Kedua, rumah kosong di Blaru dan ketiga, rumah kosong di Boloagung. Rumah pertama dan terakhirlah yang akhirnya banyak menyisakan kisah horor. Sedangkan rumah kedua, punya cerita bisnis.

Pertama, rumah di Tunglur itu memang terkenal angker. Sebelum kami, sudah ada "pengontrak" lainnya yang tidak tahan mendiaminya. Ada cerita yang dikisahkan oleh istri saya, bahwa suatu malam ketika hujan deras dan mati lampu, anak kami yang pertama waktu itu berumur 2,5 tahun bilang ada kaki sedang berayun-ayun di kayu kuda-kuda. Hanya kaki saja, tidak ada badan dan kepala. Kebetulan saya sedang menunggu mobil yang akan menjemput kami ke Karanganyar di pinggir jalan, sekitar 60 meter dari rumah. Singkat cerita, setelah beberapa minggu, tetangga sebelah rumah bilang bahwa dulu, pengontrak sebelum saya hanya bertahan satu bulan dari setahun deal kontraknya. Sebab, setiap sore anak bayinya rewel dan dia pernah melihat berkelebat bayangan di dapur. Ditambah lagi, si empunya rumah, ketika mudik selalu kesurupan. Wah, kenapa tidak ada yang memberitakan ini di awal dulu? tapi, akhirnya kami mencatat rekor terlama mendiami rumah tersebut, sekitar 8 bulan. Karena kami segera pindah ke Blaru, rumah kosong untuk berjualan Mie Ayam Sumatera.

Rumah ketiga, sebelum kami sewa sudah ada yang mengabarkan bahwa tidak ada yang betah disitu termasuk si pemilik rumah. Walah, kalau pemiliknya saja tidak betah, terus mau dikemanakan rumah ii? Saya sewa seharga Rp. 1.250.000,00/tahun dan kami ambil 2 tahun. Selama tinggal disitu, kami belum pernah diganggu. hanya saja tetangga pernah cerita suatu malam melihat sesosok wanita tua duduk dibangku di teras rumah yang biasa kami pakai untuk bersantai. Selain itu, tetangga yang lain pernah melihat genderuwo yang besar sekali keluar a=dari rumah kami. Selebihnya, hanya hewan saja yang mendatangi kami seperti ular, kelabang dan ulat. :-)

Mendiami rumah angker bagai dua sisi bagi kami, menantang sekaligus menyenangkan. kami sendiri kurang begitu percaya dengan hal tersebut, maka ketika menddapat rumah angker, kami biasanya tidak takut. Selama fasilitas rumah layak untuk keluarga, kami ambil. Karena biasanya sewanya juga murah. Jauh lebih murah dibandingkan rumah normal. Hehe..

Kembali ke Paket Misterius di atas, pembaca Kompasiana, saya hanya ingin berpesan, jangan menyentuh paket apapun yang dikirimkan kepada Anda sebelum Anda yakin pengirimnya. Karena ada berita tentang cara baru menjebak orang awaam masuk jaringan narkoba dengan mengirimkan paket seolah salah kirim. Apabila tangan kita sudah memegang apalagi membawa masuk paket tersebut ke dalam rumah, otomatis itu barang kita. Lha, bagaimana kalau ternyata itu berisi narkoba? Apa ngga sial namanya...?!

Salam berlatih menulis...

Maaf masih belepotan bahasanya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline