Lihat ke Halaman Asli

Bagi yang Tak Lagi Ingin Terbagi

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untukmu yang tak jarang bersemu di kala kita bertemu, izinkanlah dalam seni indahmu ku ramu. Karena jujur saja hatiku tak jemu menyambutmu, lagi dan lagi sebagai tamu.

Untukmu yang sayang, tak lagi melayang bersamaku di satu langit terbentang. Bukannya malang, mungkin status yang kepada kita pernah datang, belum pantas kita sandang. Jadi dengan lapang, terima saja putusnya benang.

Kini terlepas dari bagian diri kita yang terhempas, kuharap kau sadar adanya bias. Yang selembut kapas, perlahan dengan tangkasnya melepas ikatan emas. Membuat batas. Sepintas, seakan pada mulanya aku dan kamu tak lebih dari sekedar ampas, dengan mudahnya terbakar panas, lantas dengan entengnya terbang berpindah ruas. Begitu terus sampai puas.

Bicara tentang kata, aku dan kamu terangkai sederhana dalam "kita". Yang tak buta, memiliki mata. Secara sadar telah lama miliki cerita yang nyata. Lalu adakah tersisa cinta? Karena sungguh kudengar ada yang meronta, pada santa meminta untuk kembali ditata. Agar dihapus bersih atau diukir rapih dengan tinta? Entah. Olehmu akalku habis sudah tersita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline