Lihat ke Halaman Asli

Geget

Masyarakat

Kado MILAD Muhammadiyah ke 109

Diperbarui: 13 Desember 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Satu bulan berlalu Milad Muhammadiyah yang ke 109 tahun, mengusung tema Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama, merupakan bentuk keseriusan Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi, ketika awal Covid-19 merambak ditanah air dengan sigap Muhammadiyah membentuk satuan tugas Covid-19 dengan nama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

Tidak hanya persoalan pandemi saja, sebelum masa pandemi Muhammadiyah juga ikut andil dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang ada dibangsa ini, mulai persoalan pendidikan, kesehatan dan kemiskinan. Kegigihan Muhammadiyah dalam membangun bangsa ini tak perlu diragukan lagi, karna sudah tak terhitung berapa banyak sumbangsih Muhammadiyah untuk bangsa ini.

Lantas kado istimewa apa yang mau diberikan kepada  Muhammadiyah di milad yang ke 109?, apakah penghargaan MURI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara "Pengukuhan Dai Perdamaian secara Daring Terbanyak", Gedung Pusat Penelitian Daron Hamid Research and Innovation Center (DHRIC) atau LSO FAI UM Makasar Peduli yang bergerak di bidang humanisasi?.

Kado semacam ini menjadi hal yang lazim ditubuh Muhammadiyah, seakan menjadi pencapaian tahunan, tak ada salahnya membanggakan pencapaian tersebut, namun Muhammadiyah juga perlu memperhatikan keadaan tubuhnya.

Mari bersama-sama kita tilik keadaan realitas tubuh Muhammadiyah, berapa banyak anggota Muhammadiyah yang tau sejarah dan arah gerak Muhammadiyah?, berapa banyak kader yang paham akan idiologi Muhammadiyah?, berapa banyak tenaga pengajar lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tau tentang Kemuhammadiyahan?, sudahkah lembaga pendidikan Muhammadiyah mengajarkan tentang Al-islam dan Kemuhammadiyahan?, sudahkah setiap ortom menanamkan ideologi Muhammadiyah kesetiap kadernya dan sudahkah mubaligh Muhammadiyah berasaskan Tarjih?.

Apakah nanti Muhammadiyah akan bermetamorfosa menjadi organisasi kapitalis yang bangga dengan amal usahanya saja, lalu tidak memperhatikan keadaan kadernya.

Tak salah jika Prof. Dr. Kuntowijoyo didalam bukunya Muslim tanpa Masjid mengatakan, bahwa "Di abad 21. Dari dalam organisasi (Persyarikatan Muhammadiyah) sudah muncul generasi yang tidak banyak mengenal Muhammadiyah disebabkan perkaderan..."

Dan sekarang kita sudah memasuki abad ke 21 masehi, diusia persyarikatan yang satu abad lebih. Mulai nampak anggota Muhammadiyah yang tak kenal akan organisasinya. Beridentitaskan Muhammadiyah hanya untuk kepentingan pribadi, jargon KH. Ahamd Dahlan "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah" yang selalu diagaung-gaungkan seakan menjadi utopis semata. Permasalahan inilah yang perlu  dijadikan bahan evaluasi untuk langkah Muhammadiyah kedepannya.

Evaluasi Sebagai Kado Milad Muhammadiyah

Dirasa sangat penting diadakannya evaluasi besar-besaran didalam tubuh persyarikatan saat ini, sebagai upaya perbaikan dari kinerja yang telah diejwantahkan, untuk memunculkan formulasi-formulasi baru serta mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan Muhammadiyah dimasa lampau.

Mari kita flashback  tentang sejarah perjalanan kaderisasi Muhammadiyah dengan tiga dimensi geraknya, yakni sebagai gerakan islam, gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan gerakan tajdid (pembaharuan). Karena besarnya Muhammadiyah sekarang ini tidak dapat dipisahkan dari upaya kaderisasi yang simultan, komit dan konsekuen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline